III. LATIHAN DASAR
Dalam bermain drama ada yang 
disebut dengan akting. Akting adalah pelafalan  dialog (yang tertulis di
 dalam naskah) disertai dengan gerak atau gesture.  Seorang aktor 
dikatakan baik apabila ia sanggup membawakan dialog sesuai dengan  
karakter tokoh yang diperankannya. Dialog itu bisa terdengar (volume 
baik),  jelas (artikulasi baik), dimengerti (lafal benar), dan aktor 
bisa menghayati  sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam
 naskah. Seorang aktor  yang baik akan mampu membawakan dialog tersebut 
dengan gerak yang pas (tidak  berlebihan atau dibuat-buat). Ia bergerak 
dengan leluasa (blocking baik)  tidak  ragu ragu ( meyakinkan), 
dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan),  dan juga bisa 
menghayati sesuai dengan tuntutan peran yang ditentukan dalam  naskah.
3.1 BLOCKING
Blocking adalah kedudukan aktor pada
 saat di atas pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat 
diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu 
mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking.  Blocking tersebut 
harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian 
serta wajar.Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan. Kesemuanya itu mempunyai
 pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah setengah dan 
jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau 
berlebihan terkesan over acting.
Beberapa prinsip dasar dalam mengolah blocking di antaranya:
1.
 Dimengerti (jelas)  
Apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum
 gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat 
dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.
Blocking
 harus memiliki motivasi yang jelas berarti gerak-gerak anggota tubuh 
maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah.
2. Seimbang
Seimbang berarti kedudukan pemain, 
termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting) tidak 
mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat 
sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau 
benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai 
keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai 
"Komposisi Pentas".
3. Utuh
Utuh berarti blocking yang ditampilkan 
hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan gerak yang 
harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.
4. Bervariasi
Bervariasi artinya bahwa kedudukan
 pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk 
komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang 
pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama 
berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali 
kalau memang dikehendaki oleh naskah.
5. Memiliki titik pusat
Memiliki titik pusat 
artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini 
penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton 
untuk melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang 
berlangsung. Antara pemain juga jangan saling mengacau sehingga akan 
mengaburkan dimana sebenarnya letak titik perhatian.
6. Wajar
Wajar artinya setiap penempatan pemain 
ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat. Disamping 
itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus beralasan.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking 
yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu 
sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga 
naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para 
pemainnya.
3.2 MEDITASI
Secara umum arti 
meditasi adalah mencoba untuk menenangkan pikiran. Dalam teater dapat 
diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran
 dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.
Tujuan Meditasi:
 1. Mengosongkan pikiran.
Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala 
sesuatu yang ada dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu 
masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua
 itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan 
ikatan.
2. Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam 
latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita 
kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam 
kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan 
kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan 
yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam 
latihan.
Cara meditasi:
1. Posisi tubuh tidak terikat, 
dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah dengan 
duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi 
bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.
2. Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan
 juga dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk 
dan keluar dalam tubuh kita.
Kosongkan pikiran kita, kemudian 
rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala perasaan. Kita 
akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. 
Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk 
berkonsentrasi.
Catatan:
 Pada suatu saat mungkin kita 
kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam 
setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu 
lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita 
paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi 
adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan 
bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan
 peran yang hendak kita bawakan.
3.3 KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita 
mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau 
peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan 
pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang 
kita kerjakan.
Cara konsentrasi:
Kita harus melakukan dahulu 
meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan cara-cara yang sudah 
ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita 
benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi.
Setelah pikiran kita 
kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran. Rasakan 
bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita 
dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain 
bahwa kita saat ini sedang latihan teater.
Catatan:
 Pada saat kita akan membawakan 
suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan sebagainya, 
baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada
 hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain. 
3.4
 PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan 
ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan 
pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih 
pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat 
agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun 
dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa 
dipergunakan:
1. Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita 
menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita 
membusung. Di kalangan orang orang teater pernapasan dada biasanya tidak
 dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk 
udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/akting sang aktor, 
karena bahu menjadi kaku.
2. Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut 
jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut 
kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian 
dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih
 banyak dibandingkan dada.
3. Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap 
kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara 
yang kita serap sangat banyak (maksimum). Pernapasan lengkap 
dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu 
mengutamakan akting, tetapi mengutamakan vokal.
4. Pernapasan diafragma
Diafragma adalah bagian 
tubuh kita yang terletak diantara rongga dada dan perut. Sedangkan yang 
dimaksud dengan Pernapasan diafragma adalah ketika sang aktor itu 
mengambil udara sebanyak-banyaknya kemudian disimpan di diafragma dan 
rasakan bahwa diafragma itu benar-benar mengembang. Hal ini dapat kita 
rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang 
tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang.
Akhir-akhir ini, banyak orang teater yang mempergunakan pernapasan 
diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya 
lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.
Latihan latihan pernapasan:
Pertama kita 
menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada, 
kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam 
keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimum bawah. 
Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas 
kita keluarkan kembali.
Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan 
cepat.
Cara berikutnya adalah menarik napas dalam dalam, kemudian 
keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara cara 
lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal.
*Catatan: Bila 
sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, disarankan agar 
janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.
3.5 
VOKAL
 Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka 
dia harus mempunyai dasar vokal yang baik pula. "Baik" dalam pengertian:
- dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang 
paling  belakang),
- jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
-
 tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan, dan
- tidak 
monoton.
Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan 
latihan vokal. Banyak cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara 
lain:
1. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil 
menghentakan suara "wah…"  dengan energi suara. Lakukan   ini berulang 
kali.
2. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil 
menggumam "mmm…mmm…" (suara  keluar lewat hidung).
3. Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara 
mendesis,"ssss……."
4. Hirup udara banyak banyak, kemudian keluarkan 
vokal "aaaaa……." sampai batas  napas yang terakhir. Nada suara jangan 
berubah.
5. Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah 
suara) diubah-ubah naik  turun (dalam satu tarikan napas)
6. 
Keluarkan vokal "a…..a……" secara terputus-putus.
7. Keluarkan suara 
vokal "a i u e o", "ai ao au ae ", "oa oi oe ou", "iao iau iae aie aio 
aiu oui oua uei uia ......" dan sebagainya.
8. Berteriaklah sekuat 
kuatnya sampai ke tingkat histeris.
9. Bersuara, berbicara, 
berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung gulung, berlari, berputar 
putar dan berbagai variasi lainnnya.
*Catatan:
 Apabila suara kita menjadi serak karena latihan latihan tadi, janganlah
 takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. 
Sebabnya adalah karena lendir lendir di tenggorokan terkikis, bila kita 
bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah 
agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka 
suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, 
janganlah terlalu memaksa alat alat suara untuk bersuara keras, sebab 
apabila dipaksakan akan dapat merusak alat alat suara kita. Berlatihlah 
dalam batas-batas yang wajar.
 Latihan ini biasanya dilakukan di alam
 terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat air terjun dan 
sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara suara di sekitar 
kita, disamping untuk menghayati karunia Tuhan. 
3.6
 ARTIKULASI
Artikulasi yang dimaksud adalah pengucapan kata
 melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, 
sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata-kata yang 
diucapkan. Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab
 yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, 
yaitu:
1. Cacat artikulasi alami: cacat artikulasi 
ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang yang sulit 
mengucapkan salah satu konsonon, misalnya "r", dan sebagainya.
2.
 Artikulasi jelek; ini bukan disebabkan karena cacat 
artikulasi, melainkan terjadi sewaktu-waktu. Hal ini sering terjadi pada
 pengucapan naskah/dialog.
Misalnya:
Kehormatan menjadi
 kormatan,
menyambung menjadi mengambung, dan 
sebagainya.
Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, 
pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya. Sedangkan artikulasi 
menjadi tak tentu: hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu
 cepat, seolah olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama 
sekali.
Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan
 latihan:
Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut 
pada setiap pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan nada-nada tinggi, 
rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik.
Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb
Membaca
 kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk
  mulut.
3.7 INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan 
intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud
 intonasi di sini adalah tekanan-tekanan yang diberikan pada kata, 
bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, 
yaitu:
Tekanan Dinamik (keras lemah)
Ucapkanlah dialog 
pada naskah dengan melakukan penekanan-penekanan pada setiap kata yang 
memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat "Saya membeli pensil 
ini" Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda. Misal:
SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
Saya MEMBELI 
pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
Saya membeli PENSIL ini. 
(Pensil, bukan buku tulis)
Tekanan Nada (tinggi)
Cobalah mengucapkan 
kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan 
seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan 
dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah-ubah. Jadi yang dimaksud
 dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata.
Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat 
atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan untuk lebih
 mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya cobalah membaca 
naskah dengan tempo yang berbeda-beda. Lambat atau cepat silih berganti.
3.8 WARNA SUARA
Hampir setiap orang memiliki 
warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi warna 
suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan 
seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak 
gadisnya. Apalagi antara laki laki dengan perempuan, akan sangat jelas 
perbedaan warna suaranya. Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu 
dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi, 
gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara. Sebagai 
latihan dapat dicoba mengubah-ubah warna suara dengan menirukan warna 
suara seorang tua, pengemis, anak kecil, dan lain sebagainya.
Untuk latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan 
dasar dasar vokal seperti di atas.
(Kang Dul masuk tergopoh gopoh)
Kang Dul: Aduh Mas….e…..e…..itu, Mas…. Anu…. Mas….a….a….ada mahasiswa 
bawa mobil, pakaiannya bagus. Saya takut, Mas, mungkin dia orang kota, 
Mas.
Bambang: Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan 
saja orang-orangmu  untuk mengusirnya ?
Pak Slamet: (kepada Bambang)
 Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?! 
Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei ! (sambil 
mencengkeram Bambang).
Bambang: Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada 
orang kota yang masuk.
Pak Slamet: (membentak sambil mendorong) Diam
 Kamu !
(kepada Kang Dul) Di mana dia sekarang ?
Kang Dul: Di 
sana Pak, nongkrong di kantin sambil main leptop.
Selain mengenai dasar dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog  
diperlukan juga adanya suatu penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan 
 diterangkan dalam bagian tersendiri.
3.9 GESTIKULASI
 Gestikulasi  adalah suatu cara 
untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata  atau kalimat pada 
sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi,  gestikulasi pun 
merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang  berbeda. 
Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam  dialog satu 
kata dengan satu kalimat kadang kadang memiliki arti yang  sama. 
Misalnya kata "Pergi !!!!" dengan kalimat "Angkat kaki dari sini  !!!". 
Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk  "Lalu 
?" , "Kenapa ?" atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu  diperlukan 
suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog. Gestikulasi  
harus dilakukan, sebab kata kata yang pertama dengan kata berikutnya  
dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan 
 kelewatan. Pergi!". Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan
  pemenggalan karena antara keduanya memiliki maksud yang berbeda. Hal 
ini  dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata.  
Misalnya "Tuan kelewatan"....... (mendapat tekanan), "Pergi…." (mendapat
  tekanan).
3.10 OLAH TUBUH
Sebelum kita melangkah 
lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih dahulu 
kita harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan 
senam), sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau 
pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau 
kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan
 melatih atau melemaskan otot otot kita supaya elastis, lentur, luwes 
dan supaya tidak ada bagian bagian tubuh kita yang kaku selama 
latihan-latihan nanti.
Pelaksanaan olah tubuh:
Pertama sekali mari kita
 perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera yang kita punyai. 
Dengan memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung
 rambut sampai ujung kaki.
Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita.
1. Jatuhkan kepala ke
 depan. Kemudian jatuhkan ke belakang, ke kiri, ke kanan. Ingat 
kepala/leher dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk.
2. Putar 
kepala pelan pelan dan rasakan lekukan lekukan di leher, mulai dari 
muka. kemudian ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan 
lakukan berkali kali. Ingat, pelan pelan dan rasakan !
3. Putar bahu
 ke arah depan berkali kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu
 terlebih dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak.
4. Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke 
arah belakang.  Demikian pula sebaliknya.
5. Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas 
siku, putar tangan keseluruhan. Lakukan berkali kali, pertama tangan 
kanan dahulu, kemudian tangan kiri, baru bersama sama.
6. Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya.
7. Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan 
tumpuan pada kaki kiri. Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian putar 
pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki kanan. 
Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas.
8. Sebagai 
pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari lari di tempat dan  
meloncat loncat.
Macam Macam Gerak:
Setiap orang memerlukan gerak
 dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan manusia. Dalam 
latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam 
macam gerak Latihan latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara
 khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang teater.
Pada 
dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak 
yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan 
bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak 
teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama.
Gerak non teaterikal
Gerak non teaterikal adalah
 gerak kita dalam kehidupan sehari hari. Gerak yang dipakai dalam teater
 (gerak teaterikal) ada bermacam macam, secara garis besar dapat kita 
bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.
Gerak Halus
Gerak halus adalah gerak pada raut 
muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi dengan 
ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya 
marah, sedih, gembira, dan sebagainya.
Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari 
seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya 
pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat 
dibagi menjadi empat bagian. yaitu:
(1)Business, 
adalah gerak gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak 
ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya:
- sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita 
menggerak  gerakkan tangan atau kaki mengikuti irama musik.
- 
sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara 
refleks tangan kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa 
kehilangan konsentrasi kita pada belajar.
(2)Gestures, adalah gerak gerak besar yang kita 
lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara sadar. Gerak 
yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk 
melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb.
 (3)Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang 
satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan 
saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung gulung, melompat, dsb.
 (4)Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa 
bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan berbeda dengan cara 
berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara berjalan orang 
yang sedang mabuk, dsb.
Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan 
dasar. Hal ini harus benar-benar diperhatikan dan harus diyakini 
benar-benar oleh seorang pemain apa maksud dan maknanya ia melakukan 
gerakan yang demikian itu. Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan 
"gerak-gerak dasar". Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi 
menjadi tiga bagian, yaitu:
(1)Gerak dasar bawah: posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini 
kita hanya boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak 
sampai pada batas kepala kita.
(2)Gerak dasar tengah: posisi kita saat ini dalam keadaan setengah 
berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai 
diatas kepala.
(3)Gerak dasar atas: di sini kita boleh bergerak 
sebebas-bebasnya tanpa ada batas.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk 
berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.
Latihan-latihan gerak yang lain:
 1. Latihan cermin.
Dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu 
membuat gerakan dan yang lain menirukannya, persis seperti apa yang 
dilakukan temannya, seolah-olah sedang berdiri didepan cermin. Latihan 
ini dilakukan bergantian.
2. Latihan gerak dan tatap mata
Sama dengan 
latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling 
tatap, seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan 
digerakkan nanti.
3. Latihan melenturkan tubuh
Seseorang berdiri 
dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu mengangkat tangan 
temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum dijatuhkan 
lengan / tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu.
4. Latihan gerak bersama
Suatu kelompok yang 
terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama seperti 
dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka.
5. Latihan gerak mengalir
Suatu kelompok yang 
terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan, membentuk lingkaran. 
Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan ( menggerakkan tangan 
atau tubuh ) dan yang lain mengikuti gerakan tangan orang yang 
menggandeng tangannya. Selama melakukan gerakan, tangan kita jangan 
sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini dilakukan dengan 
memejamkan mata dan konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan yang 
artistik.
3.11 GERAK DAN VOKAL
Setelah 
kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang 
kita mencoba untuk memadukan antara vokal dan gerak. Banyak 
bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain mengucapkan 
kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat, jongkok, 
bergulung-gulung, atau juga bisa dengan memutar-mutar kepala, 
memutar-mutar tubuh, dan sebagainya. Latihan ini berguna sekali bagi 
kita pada waktu acting. Tujuannya adalah agar vokal dan gerak kita 
selalu serasi, agar gerak kita tidak terlalu banyak berpengaruh pada 
vokal.
3.12 PENGGUNAAN PANCAINDERA 
Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara 
utuh. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan panca indera 
kita tersebut, baik secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Dalam 
teater kita juga harus menggunakan indera kita dengan baik agar dapat 
memainkan suatu peran dengan baik pula.
Supaya alat-alat indera kita
 dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus dilatih. Hal ini 
sangat perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk ekspresi. 
Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain:
Mata
Duduk bersila sambil menatap suatu titik di
 dinding. Konsentrasi hanya pada titik tersebut. Usahakan menatap titik 
tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.
Telinga
Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara 
itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada beberapa macam benda, dimana 
setiap benda memiliki nada / suara yang berlainan. Hitunglah berapa kali
 ketukan pada benda yang sudah ditentukan.
Duduklah ditepi jalan 
yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara apa 
saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor, 
suara tawa seseorang diatas sepeda motor, suara sepatu diatas 
trotoar,dsb.
Hidung
Duduk ditepi jalan 
sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa yang 
ada disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita,
 bau parfum, asap knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram 
hujan, dsb.
Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh 
tubuh kita, rasakan dan  hayati benar-benar bagaimana baunya.
Kulit
Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh 
tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah tubuh kita itu, 
cari perbedaan antara setiap tubuh.
Rabalah dinding, lantai, meja, 
atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya, dingin atau 
panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya.
 Lakukan latihan ini dengan mata terpejam.
Lidah
Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk 
mulut kita, bagaimana bentuk gigi,  langit-langit, bibir, dan 
sebagainya.
Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah 
kancing baju, sapu tangan,  batang pensil, tangan yang berkeringat,dsb.
3.13 KARAKTERISASI
 Karakterisasi adalah suatu
 usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan.
 Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi 
seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari 
tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian penampilannya 
akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang 
tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang 
dituntut naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari 
tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. 
Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, 
tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau 
pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita 
tidak hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya:
Tokoh (A) … jabatan (lurah) … watak (licik, pura-pura, pengecut)
Tokoh (B) … jabatan (jongos) … watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah)
Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut:
Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis, 
kakek, anak kecil, pemabuk, orang buta, dsb. (yang dimaksud dengan 
gerak-gerak dasar disini adalah cirri-ciri khas)
Dua orang atau 
lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah 
kepada temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang 
diceritakan. Untuk membantu memberi suasana, dapat memakai musik 
pengiring.
Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya 
perlu juga kita mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk
 itu marilah kita kenali satu persatu.
3.14 OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang 
tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, 
pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala sesuatu 
tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. 
Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi 
tokoh yang kita ingini.
3.15 ILUSI
Ilusi 
adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah
 terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu 
dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, 
dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan 
lain sebagainya.
 Cara-cara melatihnya antara lain:
Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.
Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, 
dsb.
Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun 
dikampung, dsb.
Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, 
dewa, burung, artis, dsb.
Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi 
perang antar planet, dsb.
3.16 IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk
 menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi 
obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu 
yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu 
menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, 
penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar 
terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang 
pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita 
sedang memainkan sebuah pantomim.
Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin 
koor dengan roh suci. Roh suci disini hanya terdengar suaranya, tetapi 
pemain harus menganggap bahwa roh suci benar-benar ada. Dalam contoh 
lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang didalamnya terdapat sebuah
 dialog, sebagai berikut: "Hei letnan, coba perhatikan perempuan 
berkaca mata gelap didepan toko itu. Perhatikan topi dan tas hitam yang 
dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai 
Nyonya Lisa beberapa saat sebelum terjadi pembunuhan". Yang 
dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan saja. Perempuan 
berkaca mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak 
tampak dalam pentas.
Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang
 dibendakan, termasuk disini segala sifat dan keadaannya. Sebagai 
latihan dapat dipakai cara-cara sebagai berikut:
Sebutkan sebanyak 
mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai 
menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.
Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian 
bayangkan dan sebutkan bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya, 
keadaannya, warna, dsb.
Menganggap atau memperlakukan sebuah benda 
lain dari yang sebenarnya. Contohnya, menganggap sebuah batu adalah 
suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya, dsb. 
Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi tertawa 
terpingkal-pingkal.
Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang 
berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil rasanya menjadi asin, pahit, manis 
kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dsb.
3.17 EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai 
ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, 
bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat 
mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan 
warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh 
tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, 
roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini 
timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka tinbul 
niat untuk memukul, dsb.
3.18 PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk 
diterpakan tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak 
Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi 
berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang 
berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan 
baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.
 Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah:
Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang 
dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik 
tolak dan inti dari naskah.
Melakukan gerak serta dialog yang 
terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang 
akting dari tokoh yang akan kita perankan.
Sebagai latihan cobalah 
membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai pembantu 
pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.
IV. 
 KOMPOSISI PENTAS
Komposis pentas adalah pembagian pentas 
menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi pentas ini dibuat untuk 
membantu blocking, dimana setiap bagian pentas mempunyai arti 
tersendiri. 
Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan penempatannya. Bagian
 depan lebih kuat daripada bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat 
daripada bagian kiri. Oleh karena itu jangan menempatkan diri atau benda
 yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah 
tempat-tempat yang sesuai agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun 
demikian harus tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan terlalu 
dibuat-buat.
http://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/dasar-dasar-bermain-drama
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar