Minggu, 01 Desember 2013

dasar-dasar bermain drama

III. LATIHAN DASAR
Dalam bermain drama ada yang disebut dengan akting. Akting adalah pelafalan dialog (yang tertulis di dalam naskah) disertai dengan gerak atau gesture. Seorang aktor dikatakan baik apabila ia sanggup membawakan dialog sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya. Dialog itu bisa terdengar (volume baik), jelas (artikulasi baik), dimengerti (lafal benar), dan aktor bisa menghayati sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah. Seorang aktor yang baik akan mampu membawakan dialog tersebut dengan gerak yang pas (tidak berlebihan atau dibuat-buat). Ia bergerak dengan leluasa (blocking baik)  tidak ragu ragu ( meyakinkan), dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan), dan juga bisa menghayati sesuai dengan tuntutan peran yang ditentukan dalam naskah.
3.1 BLOCKING
Blocking adalah kedudukan aktor pada saat di atas pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking.  Blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan. Kesemuanya itu mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah setengah dan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting.
Beberapa prinsip dasar dalam mengolah blocking di antaranya:
1. Dimengerti (jelas) 
Apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.
Blocking harus memiliki motivasi yang jelas berarti gerak-gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah.
2. Seimbang
Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai "Komposisi Pentas".
3. Utuh
Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.
4. Bervariasi
Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah.
5. Memiliki titik pusat
Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga jangan saling mengacau sehingga akan mengaburkan dimana sebenarnya letak titik perhatian.
6. Wajar
Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus beralasan.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.

3.2 MEDITASI
Secara umum arti meditasi adalah mencoba untuk menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.
Tujuan Meditasi:
1. Mengosongkan pikiran.

Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan.
2. Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.
Cara meditasi:
1. Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.
2. Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita.
Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.
Catatan:
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.


3.3 KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.
Cara konsentrasi:
Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan cara-cara yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi.
Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran. Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain bahwa kita saat ini sedang latihan teater.
Catatan:
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.

3.4 PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan:
1. Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita membusung. Di kalangan orang orang teater pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/akting sang aktor, karena bahu menjadi kaku.
2. Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.
3. Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum). Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan akting, tetapi mengutamakan vokal.
4. Pernapasan diafragma
Diafragma adalah bagian tubuh kita yang terletak diantara rongga dada dan perut. Sedangkan yang dimaksud dengan Pernapasan diafragma adalah ketika sang aktor itu mengambil udara sebanyak-banyaknya kemudian disimpan di diafragma dan rasakan bahwa diafragma itu benar-benar mengembang. Hal ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang.
Akhir-akhir ini, banyak orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.
Latihan latihan pernapasan:
Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimum bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas kita keluarkan kembali.
Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.
Cara berikutnya adalah menarik napas dalam dalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara cara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal.
*Catatan: Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, disarankan agar janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.

3.5 VOKAL
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mempunyai dasar vokal yang baik pula. "Baik" dalam pengertian:
- dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang),
- jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
- tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan, dan
- tidak monoton.
Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan latihan vokal. Banyak cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara lain:
1. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara "wah…" dengan energi suara. Lakukan   ini berulang kali.
2. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmm…mmm…" (suara keluar lewat hidung).
3. Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,"ssss……."
4. Hirup udara banyak banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa……." sampai batas napas yang terakhir. Nada suara jangan berubah.
5. Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun (dalam satu tarikan napas)
6. Keluarkan vokal "a…..a……" secara terputus-putus.
7. Keluarkan suara vokal "a i u e o", "ai ao au ae ", "oa oi oe ou", "iao iau iae aie aio aiu oui oua uei uia ......" dan sebagainya.
8. Berteriaklah sekuat kuatnya sampai ke tingkat histeris.
9. Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung gulung, berlari, berputar putar dan berbagai variasi lainnnya.

*Catatan:
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.
Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat air terjun dan sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara suara di sekitar kita, disamping untuk menghayati karunia Tuhan.

3.6 ARTIKULASI
Artikulasi yang dimaksud adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata-kata yang diucapkan. Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu:
1. Cacat artikulasi alami: cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya "r", dan sebagainya.
2. Artikulasi jelek; ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu-waktu. Hal ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog.
Misalnya:
Kehormatan menjadi kormatan,
menyambung
menjadi mengambung, dan sebagainya.
Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya. Sedangkan artikulasi menjadi tak tentu: hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu cepat, seolah olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali.

Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan:
Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan nada-nada tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik.
Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb
Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut.


3.7 INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan-tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu:
Tekanan Dinamik (keras lemah)
Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan-penekanan pada setiap kata yang memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat "Saya membeli pensil ini" Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda. Misal:
SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)
Tekanan Nada (tinggi)
Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah-ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata.
Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya cobalah membaca naskah dengan tempo yang berbeda-beda. Lambat atau cepat silih berganti.

3.8 WARNA SUARA
Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya. Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara. Sebagai latihan dapat dicoba mengubah-ubah warna suara dengan menirukan warna suara seorang tua, pengemis, anak kecil, dan lain sebagainya.
Untuk latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan dasar dasar vokal seperti di atas.
(Kang Dul masuk tergopoh gopoh)
Kang Dul: Aduh Mas….e…..e…..itu, Mas…. Anu…. Mas….a….a….ada mahasiswa bawa mobil, pakaiannya bagus. Saya takut, Mas, mungkin dia orang kota, Mas.
Bambang: Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan saja orang-orangmu untuk mengusirnya ?
Pak Slamet: (kepada Bambang) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?! Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei ! (sambil mencengkeram Bambang).
Bambang: Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk.
Pak Slamet: (membentak sambil mendorong) Diam Kamu !
(kepada Kang Dul) Di mana dia sekarang ?
Kang Dul: Di sana Pak, nongkrong di kantin sambil main leptop.
Selain mengenai dasar dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga adanya suatu penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan diterangkan dalam bagian tersendiri.
3.9 GESTIKULASI
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat kadang kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!" dengan kalimat "Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?" , "Kenapa ?" atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog. Gestikulasi harus dilakukan, sebab kata kata yang pertama dengan kata berikutnya dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan kelewatan. Pergi!". Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya memiliki maksud yang berbeda. Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata. Misalnya "Tuan kelewatan"....... (mendapat tekanan), "Pergi…." (mendapat tekanan).

3.10 OLAH TUBUH
Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih dahulu kita harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam), sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot otot kita supaya elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian bagian tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan nanti.
Pelaksanaan olah tubuh:
Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera yang kita punyai. Dengan memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita.
1. Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke belakang, ke kiri, ke kanan. Ingat kepala/leher dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk.
2. Putar kepala pelan pelan dan rasakan lekukan lekukan di leher, mulai dari muka. kemudian ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan berkali kali. Ingat, pelan pelan dan rasakan !
3. Putar bahu ke arah depan berkali kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak.
4. Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang. Demikian pula sebaliknya.
5. Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar tangan keseluruhan. Lakukan berkali kali, pertama tangan kanan dahulu, kemudian tangan kiri, baru bersama sama.
6. Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya.
7. Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan pada kaki kiri. Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki kanan. Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas.
8. Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari lari di tempat dan meloncat loncat.
Macam Macam Gerak:
Setiap orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan manusia. Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam macam gerak Latihan latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang teater.
Pada dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama.
Gerak non teaterikal
Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari hari. Gerak yang dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam macam, secara garis besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.
Gerak Halus
Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira, dan sebagainya.
Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu:
(1)Business, adalah gerak gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya:
- sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak gerakkan tangan atau kaki mengikuti irama musik.
- sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks tangan kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi kita pada belajar.
(2)Gestures, adalah gerak gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb. (3)Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung gulung, melompat, dsb. (4)Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk, dsb.
Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini harus benar-benar diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain apa maksud dan maknanya ia melakukan gerakan yang demikian itu. Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan "gerak-gerak dasar". Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu:
(1)Gerak dasar bawah: posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita.
(2)Gerak dasar tengah: posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
(3)Gerak dasar atas: di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.

Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.

Latihan-latihan gerak yang lain:
1. Latihan cermin.

Dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu membuat gerakan dan yang lain menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan temannya, seolah-olah sedang berdiri didepan cermin. Latihan ini dilakukan bergantian.
2. Latihan gerak dan tatap mata
Sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling tatap, seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan digerakkan nanti.
3. Latihan melenturkan tubuh
Seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu mengangkat tangan temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum dijatuhkan lengan / tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu.
4. Latihan gerak bersama
Suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama seperti dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka.
5. Latihan gerak mengalir
Suatu kelompok yang terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan, membentuk lingkaran. Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan ( menggerakkan tangan atau tubuh ) dan yang lain mengikuti gerakan tangan orang yang menggandeng tangannya. Selama melakukan gerakan, tangan kita jangan sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini dilakukan dengan memejamkan mata dan konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan yang artistik.

3.11 GERAK DAN VOKAL
Setelah kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang kita mencoba untuk memadukan antara vokal dan gerak. Banyak bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain mengucapkan kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat, jongkok, bergulung-gulung, atau juga bisa dengan memutar-mutar kepala, memutar-mutar tubuh, dan sebagainya. Latihan ini berguna sekali bagi kita pada waktu acting. Tujuannya adalah agar vokal dan gerak kita selalu serasi, agar gerak kita tidak terlalu banyak berpengaruh pada vokal.

3.12 PENGGUNAAN PANCAINDERA
Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut, baik secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Dalam teater kita juga harus menggunakan indera kita dengan baik agar dapat memainkan suatu peran dengan baik pula.
Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus dilatih. Hal ini sangat perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk ekspresi. Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain:
Mata
Duduk bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik tersebut. Usahakan menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.
Telinga
Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada beberapa macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara yang berlainan. Hitunglah berapa kali ketukan pada benda yang sudah ditentukan.
Duduklah ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara apa saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor, suara tawa seseorang diatas sepeda motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb.

Hidung
Duduk ditepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa yang ada disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita, bau parfum, asap knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram hujan, dsb.
Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-benar bagaimana baunya.
Kulit
Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah tubuh kita itu, cari perbedaan antara setiap tubuh.
Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya, dingin atau panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya. Lakukan latihan ini dengan mata terpejam.
Lidah
Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit, bibir, dan sebagainya.
Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang pensil, tangan yang berkeringat,dsb.

3.13 KARAKTERISASI
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya:
Tokoh (A) … jabatan (lurah) … watak (licik, pura-pura, pengecut)
Tokoh (B) … jabatan (jongos) … watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah)
Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut:
Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis, kakek, anak kecil, pemabuk, orang buta, dsb. (yang dimaksud dengan gerak-gerak dasar disini adalah cirri-ciri khas)
Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah kepada temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang diceritakan. Untuk membantu memberi suasana, dapat memakai musik pengiring.
Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu.

3.14 OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini.

3.15 ILUSI
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan lain sebagainya.
Cara-cara melatihnya antara lain:
Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.
Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.
Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb.
Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.
Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb.
3.16 IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.
Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin koor dengan roh suci. Roh suci disini hanya terdengar suaranya, tetapi pemain harus menganggap bahwa roh suci benar-benar ada. Dalam contoh lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang didalamnya terdapat sebuah dialog, sebagai berikut: "Hei letnan, coba perhatikan perempuan berkaca mata gelap didepan toko itu. Perhatikan topi dan tas hitam yang dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai Nyonya Lisa beberapa saat sebelum terjadi pembunuhan". Yang dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan saja. Perempuan berkaca mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak tampak dalam pentas.
Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan, termasuk disini segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai berikut:
Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.
Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan sebutkan bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb.
Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya, menganggap sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya, dsb. Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal.
Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dsb.
3.17 EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka tinbul niat untuk memukul, dsb.

3.18 PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.
Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah:
Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.
Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.
Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.

IV.  KOMPOSISI PENTAS
Komposis pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi pentas ini dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap bagian pentas mempunyai arti tersendiri. 
Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan penempatannya. Bagian depan lebih kuat daripada bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri. Oleh karena itu jangan menempatkan diri atau benda yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah tempat-tempat yang sesuai agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun demikian harus tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan terlalu dibuat-buat.
http://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/dasar-dasar-bermain-drama

dasar-dasar bermain drama

DASAR-DASAR BERMAIN DRAMA

I.   PENDAHULUAN
Drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media  percakapan(dialog), gerak dan tingkah laku. Naskah merupakan hal utama dalam bermain drama (modern) karena ia merupakan panduan bagi para pemeran (aktor) di atas pentas. Selain naskah, ada unsur-unsur lain yang sangat menentukan yaitu dekorasi (setting), musik, lighting, make up,kostum,nyanyian, tarian, dan unsur penunjang lainnya.
II.  NASKAH
Naskah di sini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat di mana dimainkan naskah tersebut. Selain dialog, sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, tokoh dan plot atau rangka cerita.
Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para tokoh harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.
Tema
Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan tokoh-tokohnya.
Tokoh
Dalam cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita.oleh karena itu seorang tokoh haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik. Disamping itu,  dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang tokoh. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu:
Dimensi fisiologi  (ciri-ciri badani) antara lain: usia, jenis kelamin, keadaan tubuh dan cirri-ciri muka.
Dimensi sosiologi (latar belakang) kemasyarakatan misalnya status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dan sebagainya.
Dimensi psikologis (latar belakang kejiwaan) misalnya temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dan lain sebagainya.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka tokoh yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.

Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot merupakan suatu keseluruhan peristiwa didalam naskah. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1.Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita. Pada umumnya bagian ini disajikan dalam bentuk sinopsis.
2. Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
3. Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
4. Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan yang di dalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.

NASKAH DRAMA LUCU

MALAM MINGGU UDIN"

PENGENALAN TOKOH : 
1.    Udin Tokoh utama, sifatnya sedikit oon, mudah percaya, jomblo abadi, suka banget sama SM*SH
2.    Isa teman kontrakan si Udin, sifatnya sok tau, penakut, suka banget sama cherrybelle
3.    Mas Danu pembantu Udin & Isa, sifatnya Lugu, Polos
4.    Febri Gebetan si Udin, sifatnya High class, matre, suka makan
5.    Morganisa Kucingnya Udin & Isa, jenis kelamin sepertinya perempuan, sukka tidur sama makan

*NARASI*
Udin adalah orang yang sangat tidak berpengala
man dalam bidang cinta, oleh karena itu biasanya dia senang berkonsultasi masalah cinta dengan temannya Isa, tapi mereka sebenarnya 11:12 sama-sama tidak begitu mahir soal percintaan , tapi Udin selalu saja kagum kepada temannya itu..


Udin    : halo guys ini kucing gue sama Isa (sambil ngelus kucing) , lucu kan 

Isa    : halo guys salam kenal (melambaikan tangan) gue isa, gue itu kaya gimana? Gue pernah tanyain pertanyaan yg sama ke orang lain, dan jwabanya. Gue baik, ganteng, pinter, nggak sombong. Nenek gue emang pinter banget nilai orang.

Udin    : yah biar kayak di film2 gitu harus ada opening nya dulu kan , hhehe oya gue belum ngenalin kucing gue ini, kebetulan gue suka smash dan temen gue yang di sebelah ini suka cherrybele jadi kucing gue ini gue kasi nama “Morganissa” keren kan namanya ?

Isa    : dia juga punya facebook sendiri loh (sambil nunjukin profil facebook laptop)
Udin    : (tetettoltet hape bunyi) sa , gimana nih ?
Isa    : apanya yang gimana ? (muka kaget)
Udin    : niih si Febri mau kesini , trus dia bilang “leh mpir gak“ gimana dong?
Isa    : apanya yang bergelambir ? (kaget lagi)
Udin    : maksudnya boleh mampir enggaak 
Isa    : oh itu bilang aja iya
Udin    : balesnya pake emoticon smiley gak ?
Isa    : gak usah
Udin    : tapi kan entar kesannya gue tuh ketus sa 
Isa    : nggak, coba bayangin si Febri lagi jalan terus tiba-tiba elo bilang “iya kesini aja” sambil senyum sendiri, kan jadi ngeri din~
Udin    : iya sih aneh -__-
Isa    : gua bilang juga apa
Udin    : yaudah deh gua siap-siap dulu , ohiya lo masih inget kan sama si Febri ?? 
Isa    : yang mana tuh ya ?
Udin    : ituloo yang mukanya senyum terus , cobak lo flashback deh ke masa lo pas SMA
Isa    : oh yang dulu nama Fbnya “Febri Rastafara Cellalluberkatayooman” kan? Gua ilfell dengernya din~
Udin    : elo juga sama aja sa, nama Fb lo dulu kan “Issa Sellallu Cemungud” PPnya pake foto               Boyband korea lagi
Isa    : lo juga kan? “Udin Naxrege” PP lo dulu juga Justin Bieber
Udin    : udah, udah nggak kelar-kelar entar mbahas Ke-ALAYan kita dulu sa -__-

(Udin menuju kamar untuk ganti baju, setelah itu minta saran ke Isa)

Isa    : lo beneran pake baju “V-Neck” kaya gitu buat ketemu Febri? 
Udin    : iya, kenapa emang? Olga syahputra aja pake baju kaya ginian di TV?
Isa    : sumpah ya, lo tu kaya pedofil baru akil baligh. Ganti ganti… Febri gak bakalan suka               kalo kaya begini, nih pake baju gue
Udin    : nanti gue bagusnya ngobrol tentang apa ya sa, sama febri? 
Isa    : cewe itu suka ngobrol tentang kesuksesan, jadi lo harus nunjukin bahwa lo udah sukses               sekarang
Udin    : ohh, mungkin gue harus nyritain nilai ijazah SMA gue kali ya?
Isa    : lo tu harus buat febri bangga, bukan kasian bego!

(ting…tong….ting…tong….) *bel kontrakan Udin dan Isa berbunyi*
Udin    : mas Danu(pembantu Isa & Udin), tolong bukain pintunya. Ada tamu noh
Danu    : iya mas

(danu membuka pintunya)

Febri    : Udin ya? Lama gak ketemu~
Danu    : bukan mba, saya pembantu disini
Febri    : ohh, gue kira Udin.
Danu    : silahkan masuk mbak
Udin    : Febri yah? Sini duduk (sambil senyum aneh)
Isa    : (lagi nonton Tv)
Febri    : (nyamperin Isa) eh, isa ya? Elo apakabar? Gila ya lama banget nggak ketemu
Isa    : iya ya, udah 3 bulan nggak ketemu
Febri    : lagi ngapain?
Isa    : ini lagi nonton film documenter tentang tupai
Febri    : wah, gue seneng banget sama tupai (duduk di samping isa)
Isa    : oh iya? Ini film bagus loh, tupainya lagi kejar-kejaran sama macan gitu?
Udin    : gue juga kemaren liat tupai di ragunan, lucu tupainya (pasang muka melas karena gak               diperhatiin)
Febri    : (senyum dikit)
Isa    : udah makan belom, kalo belom sekalian aja. Mas danu nasi goreng tiga ya
Danu    : iya mas.
Udin    : eh, mau liat taman kita gak ? sambil liat bintang
Febri    : boleh, ayo



(sampai ditaman rumah)

Udin    : Kok kamu liatin aku terus?
Febri    : abis kamu ngingetin aku sama tupai aku yang udah meninggal
Udin    : lucu tupainya? (muka melas)
Febri    : iya, lucu kaya kamu. Kamu juga perhatian, sering SMS malem malem
Udin    : iya, soalnya mau telpon nggak punya pulsa
Febri    : eh, dulu gue tuh punya mantan, kita gak prnah pergi bareng, makan bareng pokoknya               sedih banget deh
Udin    : gue juga pernah punya mantan dulu gak pernah pergi bareng, jalan, nonton konser.
Febri    : oh ya, kapan?
Udin    : waktu SD 
Febri    : oh -_-

Udin    : makan yuk, mumpung malem minggu nih
Febri    : ayo, di restoran mana? Tempatnya elit kan?
Udin    : iya, makananya enak, tempatnya bagus dan yang penting diskon 75%

(pergi ke restoran)

Febri    : make-up gue gak ketebelan kan?
Udin    : nggak kok, gue udah pernah jalan sama cewe yg make-up nya lebih tebel dari elo
Febri    : beneran?
Udin    : iya, baru jalan dua kali gue udah kena TBC
Febri    : TBC?? Kok bisa??
Udin    : iya, kata dokternya paru-paru gue kemasukan bedak -_-

(sampe di restoran)

Febri    : ih, kita makan di tempat ini?
Udin    : iya, emang kenapa?
Febri    : gue tuh lagi pengen makan escargot gitu, disini emang ada escargot?
Udin    : lo barusan ngmong pake bhasa apaan?

(pelayan restoran dateng) *pelayan restoran disingkat PR*

PR    : mau pesen apa mba?
Febri    : yg paling mahal apa?
PR    : ini yg paling mahal, Wagyu Beef Steak 300 gram
Febri    : boleh tuh
PR    : kalo mas pesen apa?
Udin    : yg paling murah apa? -___-

(setelah makanan disajikan)

Febri    : daging nya enak loh, empuk banget pantesan mahal
Udin    : iya, ini krupuknya juga enak. Krupuk paling enak yg pernah gue makan -___-
Febri    : eh nanti temenin ke butik yah?
Udin    : ke butik? Ngapain?
Febri    : beli baju, baju ku tu udah pada kekecilan. Beliin yah?
Udin    : iya, kebetulan gue lagi ada duit 
Febri    : oke, harganya tu 3 juta..
Udin    : 3 juta?? Kebetulan gue lagi gak punya duit
Febri    : loh kok gitu? Ya udah beliin tas aja ya? Tas gue rusak
Udin    : kalo tas harganya berapa?
Febri    : 2 juta
Udin    : elo ada barang lain yg juga lagi rusak gak? Kaya pita rambut gitu? -_-


(pelayan menyodorkan tagihan pembayaran makanan)

PR    : ini mas totalnya Rp. 1.200.000 
Udin    : (muka datar) totalnya bener segitu mba?
PR    : iya, segitu mas
Febri    : kenapa din? 
Udin    : kayanya gue harus ke ATM dulu deh, soalnya duit gue gak cukup

*narasi*

dan si febri ninggalin Udin karena ternyata uang di ATM Udin gak nyukup buat bayar, akhirnya udin ninggalin baju, Jam, sepatu sama jaket tulisan “SM*SH” kesayanganya di restoran itu, Udin pulang ke kontrakan di jemput pembantunya danu. Inilah kisah malam minggu Udin, semoga malam minggu Udin selanjutnya akan lebih baik lagi. Mudah-mudahan.

Minggu, 24 November 2013

PEMBELAJARAN DRAMA

Pembelajaran Apresiasi Drama
PEMBELAJARAN APRESlASI DRAMA
Setiap saat manusia adalah pelaku atau tokoh yang memerankan sikap dan perilaku tertentu. Keterampilan berperan dan memerankan tokoh tertentu dalarn kehidupan, akan sangat menentukan keberhasilan seseorang di tengah-tengah masyarakat. Siswa adalah individu yang nantinya akan mengambil bagian dalam memainkan perannya di ,masyarakat. Oleh karena itu,. siswa perlu mendapatkan pengalaman dalatn bermain peran dan memerankan tokoh-tokoh tertentu. Kesempatan bermain peran dan memahami peran yang dimainkan dalam drama misalnya, akan dapat adalah cermin konflik-konflik membentuk jati dici siswa. Mengingat, pada hakikatnya drama kehidupan. Sumber utama dalam drama adalah permasalahan dan kehidupan manusia.
A. Nilai-nilai Pendidikan dalam Drama
Manusia adalah makhluk yang sanggup mengenal dan berbuat susila. Manusia mempunyai sifat dapat salah, tetapi dapat diperbaiki atau mendekati baik. Oleh karena itu manusia merupakan makhluk yang dapat dididik (animal educadice) dan yang harus mendapat pendidikan (animal educandum) (Brahim, 1968:129). Sebagai makhluk susila, rnanusia sanggup mengenal kaidah-kaidah susila dan mengambil keputusan susila serta bertindak melaksanakan keputusan itu.
Hal yang perlu diperhatikan bahwa kesanggupan untuk berbuat susila dan mengambil keputusan susila tidak serta merta secara langsung dimiliki oleh manusia. Untuk dapat melakukan perbuatan di atas sejak dini seorang anak harus sudah dikenalkan dengan norma-norma susila. Salah satu cara pengenalan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan.
Pemahaman nilai-nilai serta unsur-unsur budi pekerti dapat dilakukan melalui pendidikan agama. Di samping melalui pendidikan agama, perlu diperhatikan juga pendidikan kesenian dalam upaya penanaman nilai-nilai dan norma tersebut. Kegiatan kesenian merupakan salah satu upaya mempersiapkan siswa agar tidak merasa canggung terlibat dalam kehidupan bermasyarakat. Sehubungan dengan pentingnya pendidikan dalarr penanaman nilai-nilai dan pembentukan tingkah laku, (1993: 49) n-.engemukakan suatu fenomena yang pendidikan di jenjang T'aman Kanak-Kanak.
TK bukanlah sekolah kesenian, bukanlah pula suatu akademi yang diharapkan menghasilkan seniman kreatif, namun tampaknya kegiatan yang sangat menonjol sehari-hari di sekolah adalah wsaha g;~tw mendorong murid-muridnya agar mau, berani, dan mampu menyatakan diri dalam berbagai bentuk kesenian. Di sini siswa didorong untuk mengekspresikan diri (Sapardi, 1993:49-50).
Termasuk dalam kalimat tersebut-salah satunya adalah pengajaran sastra, khususnya drama. MeIalui pendidikan; pengenalan dan pemahaman terhadap drama, akari dapat memparkaya siswa sebagai pribadi dalam keberadaannya di antara sesamanya, antara siswa satu dengan siswa yang lain. Mengingat, bahwa kesenian dalam proses Sapardi Joko Damono menarik yaitu tentang proses sumber penulisan drama adalah segala permasaiahan dan konflik yang dialami manusia_ Oleh karena itu dapat dikatakan bal3wa apa yang ada dalam drama merupakan cermin dari kehidupan nyata. Dengan memahami dan merrgapresiasi permasalahn yang disampaikan dalam drama, siswa dilatih untuk memecahkan masalah, yang mungkin akan ditemui dalam kehidupan di masyarakat nanti.
Ditinjau dari segi perkembangan jiwa, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada tahap yang disebut tahap realistik (Rahmanto, 1988:30). Dari segi usia., anak SMP berada pada usia antara 12 - 15 tahun. Pada masa ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalal? masalah daiam kehidupan nyata.
Sesuai dengan perkembangan jiwa dan perkembangan kemampuan bersosialisasi dengan masyarakat, maka penyelenggaraan pengajaran drama di sekolah mempunyai arti bagi pemupukan sikap hidup bergotong royong dan belajar tanggung jawab. Siswa perlu dilatih untuk hidup secara bersama dan bertanggung jawab terhadap kewajiban yang diserahkan kepadanya. Dilatih untuk hidup mandiri, belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan.
Selanjutnya, menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Brahirn, 1968:155), sandiwara (drama)
merupakan alat pandidikan yang baik. Dalam sandiwara itu terdapat dasar-dasar pendidikan yang bersifat kesenian (aesthetisch), kebajikan (ethisch) dan religius (uniuk mengajarkan agama), sosial (untuk mengajarkan laku bermasayarakat). (Brahim, 1968:155).
Secara terperinci Brahim (1968:161) mengemukakan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam pengajaran drama, yaitu:
  1. melibatkan para pelajar pada persoalan hidup,
  2. memberi kesempatan "biidung",
  3. para pelajar dapat memperdekatkan nilai-nilai kehidupan yang perlu bagi dirinya ndiri,
  4. dapat menghargai golongan lain,
  5. rnempunyai peranan dalam pernbentukan pribadi sendiri,
  6. merupakan latihan memperguoakan bahasa dengan teratur dan baik,
  7. melatih anak berpikir cepat,
  8. melatih pelajar-pelajar yang lain sebagai penonton,
  9. murid-rnurid dapat mengerti secara intelektual dan merasakan persoalan social psycholgis itu,
  10. menimbulkan diskusi yang hidup, dan
  11. mendidik berani mengemukakan pendapat.
  12. menghargai pendirian orang lain,

 
angkan Kreativitas Siswa
Manusia sering disebut juga "homo sapiens", yaitu makhluk yang suka berpikir, mempertirqbangkan, menilai dan mengevaluasi. Di samping itu manusia juga dikenal sebagai "homo tudens", yaitu makhluk yang suka berimajinasi, bermain dan berkreasi (Darma, 1990). Dari sifat-sifat itulah dimungkinkan
Dengan kreativitas, pemikiran manusia selalu menjadi dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Manusia selalu mencari kemungkinan-kemungkinan untuk meningkatkan diri, Manusia kreatif adalah manusia yang selalu mempertanyakan sesuatu, menyangsikan sesuatu, karena merasa yakin bahwa dibalik apa yang diketahui ada sesuatu yang tidak diketahui. Naluri keingintahuan itulah yang mendorong manusia mengembangkan potensi kreativitas diri. Semua itu juga terjadi pada diri siswa. Oleh karena itu, potensi kreativitas yang dimiliki oleh siswa perlu mendapatkan perhatian dan disalurkan dengan baik.
Menurut Munandar (1993:20), proses kreatif merupakan suatu fenomena intrapsikis, dan bagian dari suatu sistem terbuka. Dalam arti bahwa, kreativitas bukanlah semata-mata p~mbawaan sejak lahir yang melekat pada iiiri seseorang. Kreativitas dapat ditumbuhkan melalui penciptaan suasana, masukan dari dunia luar dan sangat dibantu dan dimudahkan oleh iklim atau lingkungan yang tepat.
Proses kreatif adalah suatu proses yang mulai kelihatan sejak kecil, sejak kesdaran pertama. Faktor lingkungan pun merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan kreativitas seorang anak. Masa kecil adalah pesemaian bagi intuisi kreatif (Gerson Poyk dalam Eneste, 1984:71).

 
Pendidikan sebagai institusi formal merupakan lingkungan yang kandusif dalam menumbuhkembangkan potensi kreatif siswa. Agar dapat tercipta kondisi yang detnikian, pelaksanaan proses belajar mengajar sedapat mungkin dipusatkan psda aktivitas belajar siswa. Siswa secara langsung mengalami keterlibatan intelektual dan emosional dalam proses belajar mengajar.
Salah satu kompcnen dalam pendidikan formal tersebut adalah pengajaran sastra (temasuk drama). Pengajaran drama yang diberikan seuara problematis dan menekankan pada aktivitas bersastra, akan dapat mengembangkan kreativitas siswa. Bersastra artinya melakukan proses kreatif menikmati dan dapat juga mencipta sastra secara aktif. Dengan demikian akan terjadi keterlibatan mental spiritual siswa terhadap karya sastra. Di sinilah guru memegang peranan penting dalam posisinya sebagai pengajar untuk menciptakan suasana yang kondusif agar dapat memberi kesempatan siswa mengembangkan diri.
Drama sebagai karya sastra, merupakan pengungkapan dunia batin pengarang yang merefleksikan kebebasan pribadi dalam berkreasi. Penghayatan terhadap kebebasan pribadi akan mendcrong pembaca (siswa) untuk bersikap kreatif. Drama juga menampilkan tokoh dengan segala problema, watak, kejadian dan konflik. Semua itu diatasi dengan cara kreatif oleh pengarang. Seseorang yang terlibat dalam drama akan menghayati penemuan-penemuan baru, kemungkinan-kemungkinan baru sehingga berpengaruh terhadap jiwa kreativitasnya.
Melalui kegiatan ekspresi yang berupa pementasan drama, suasana yang kondusif benar-benar tercipta untuk menumbuhkan kreativitas siswa. Pada saat melakukan kegiatan pementasan itulah siswa yang satu dengan siswa yang lainnya saling berinteraksi dengan berdiskusi, berdislog dan bekerja sama untuk persiapan pementasan.
Pertumbuhan dan perkembangan potensi kreatif siswa akan tampak pada proses persiapan pementasan drama. Siswa yang melibatkan diri secara langsung dalam drama akan merasakan pengaruh nilia-nilai drarna terhadap hidup mereka. Siswa yang mendapat kesempatan memerankan tokoh tertentu, akan memperoleh rasa puas yang sesungguhnya apabila permainannya berhasil dan sekaligus memiliki pengalaman menghayati peran yang mungkin akan dialami di masyarakat nanti. Sementara itu, siswa-siswa yang terlibat dalam persiapan perancang kostum, seting dekorasi, tata panggung, tata lampu, musik dan sebagainya akan dapat mengernbangkan selera dan pengetahuannya. Mereka diberi kesempatan untuk berkreasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Misalnya, siswa yang bertugas mempersiapkan kostum, dituntut untuk mengembangkan daya kreatifnya agar menghasilkan tata kostum yang baik dan menarik disesuaikan dengan tuntutan pentas.
Idealnya agar siswa dapat mempunyai kesempatan lebih luas, sebaiknya pengajaran drama tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, tetapi ditunjang dengan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler akan memperkaya dan memperluas wawasan, pengetahuan, peningkatan nilai dan sikap siswa dalam menerapkan pengatahuan dan kemampuan yang telah dipelajari. Apabila proses pengajaran drama dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan efektif, akan memberi kesempatan siswa untuk terlibat dalam proses berapresiasi dan berekspresi drama. Hal yang perlu ditekankan adalah bagaimana agar sekolah tetap dapat menjadi tempat pesemaian potensi-potensi kreatif siswa lainnya saling berinteraksi dengan berdiskusi, berdislog dan bekerja sama untuk persiapan pementasan.
Pertumbuhan dan perkembangan potensi kreatif siswa akan tampak pada proses persiapan pementasan drama. Siswa yang melibatkan diri secara langsung dalam drama akan merasakan pengaruh nilia-nilai drarna terhadap hidup mereka. Siswa yang mendapat kesempatan memerankan tokoh tertentu, akan memperoleh rasa puas yang sesungguhnya apabila permainannya berhasil dan sekaligus memiliki pengalaman menghayati peran yang mungkin akan dialami di masyarakat nanti. Sementara itu, siswa-siswa yang terlibat dalam persiapan perancang kostum, seting dekorasi, tata panggung, tata lampu, musik dan sebagainya akan dapat mengernbangkan selera dan pengetahuannya. Mereka diberi kesempatan untuk berkreasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Misalnya, siswa yang bertugas mempersiapkan kostum, dituntut untuk mengembangkan daya kreatifnya agar menghasilkan tata kostum yang baik dan menarik disesuaikan dengan tuntutan pentas.
C. Prosedur Pembelajaran Apresiasi Drama
Apakah beda antara drama dan novel? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Sapardi (1983:150) menyebut satu hal, yaitu drama dimaksudkan untuk dibawa ke pentas sedangkan novel untuk dibaca. Istilah drama secara umum mengandung pengertian semua bentuk pertunjukan yang bnersifat peniruan atau menirukan sesuatu (imitation of life action). Di dalam kesusastraan, secara khusus drama merupakan bentuk cerita yang digubah dan disusun untuk dimainkan atau dilakonkan. Seluruh cerita atau lakon drama disusun dalam bentuk dialog atau percakapan antar pelaku.
Dari uraian di atas tampak bahwa drama mempunyai dua dimensi, yaitu
1) 
sebagai 
seni sastra, dan sebagai seni pentas
2) 
sebagai 
seni sastra drama adalah bacaan sedangkan 

sebagai 
seni pentas drama adalah suatu pertunjukkan atau tontonan. 
Dengan memperhatikan kedudukan drama yang demikian itu, memberi penjelasan bahwa drama bukan merupakan seni yang berdiri sendiri (individual). Dalam suatu pementasan drama, tidak dapat dilaksanakan secara individual tetapi senantiasa bersama dengan orang lain. Suasana itulah yang menyebabkan drama juga disebut sebagai seni kolektif (collective art). Selain sebagai seni kolektif, drama juga merupakan seni campuran (synthetic art). Disebut demikian oleh karena untuk kepentingan pementasan dalam drama memerlukan keterlibatan unsur-unsur seni lain seperti tari (gerak), Seni musik (suara), seni lukis (dekorasi/panggung), seni sastra (kata). Unsur-unsur tersebut terangkum menjadi satu di dalam memberi ciri drama.
Unsur utama yaqg terdapat daiam drama adalah lakuan. Hal itu bertolak dari wawasan klasik yang dinyatakan oleh Aristoteles yakni drama adalah tiruan dari kehidupan (imitcrllon of life ent action) (Ichsan; 1990:214). Sebagai suatu realita, drama adalah cerita mengenai koriflik dalam kehidupan manusia. Memahami drama pada akhirnya tidak berbeda jauh dengan upaya memahami manusia, yuang melalui prosws atau tahapan-tahapan. Selanjutnya secara rinci disajikan tahap-tahap pembelajaran apresiasi drama. Tahapan tersebut, yaitu:
1.      pelacakan pendahuluan,
2.      penentuan sikap praktis,
3.      introduksi,
4.      penyajian,
5.      diskusi,
6.      dan pengukuhan (Rahmanto, 1988:43).
Pada tahap pendahuluan guru melakukan kegiatan pemahaman sederhana terhadap naskah drarna yang dijadikan bahan pengajaran. Pada tahap ini guru berupaya memahami tema, hal yang menarik, nilai-nilai yang ada, dan sebagainya. Guru dengan sejumlah bekal yang dimiliki berusalra "mengenali" dulu naskah drarna yang akan dibahas bersama siswa.
Pada tahap penentuan sikap praktis, guru menentukan langkah-langkah praktis yang akan ditempuh dalam proses pembelajaran. Mencatat hal-hal penting yang perlu mendapat perhatian misalnya menyangkut tokoh-tokoh yang terlibat dalam drama, peralatan yang dibutuhkan, cara atau metode apa yang akan digunakan untuk mengajarkan drama tersebut dan sebagainya. Kernudian juga rnelakukan pengenalan dengan mencari sejumlah informasi pendukung berkaitan dengan keberadaan naskah. Siapa pengarangnya, siapa penerbitnya, jumlah halaman, kadar atau kandungan isinya.
Tahap introduksi atau pengantar merupakan tahapan pembuka sebelum masuk pada penyajian. Pada tahap introduksi ini guru dapat mengajak siswa untuk mengingat pengalaman-pengalaman yang berkesan masing-masing siswa. Agar dapat teraran, pengalaman-pengalaman siswa tersebut sedapat mungkin dihubungkan dengan tema atau pokok permasalahan yang ada dalam drama yang akan dijadikan bahan pengajaran. Setelah melakukan introduksi atau pengantar, guru dapat langsung masuk pada tahapan penyajian materi. Berdasarkan strategi yang telah dipilih, proses pembelajaran dapat langsung dilaksanakan. Pada tahap penyajian perlu dipertimbangkan waktu yang tersedia, berapa pertemuan yang diperlukan untuk membahas drama tersebut.
Tahap selanjutnya adalah tahap diskusi. Pada tahap ini guru bersama-sama siswa mendiskusikan permasalahan yang muncul selama proses belajar mengajar. Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menyampaikan pendapatnya. Guru dapat memberikan sejumlah pertanyaan yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi dengan siswa. Pada prinsipnya, tahap diskusi sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai upaya pengukuhan terhadap perolehan belajar siswa. Hal-hal pokok yang mendapatkan perhatian, dibahas dan diulas kembali oteh guru. Kegiatan pengukuhan perlu dilakukan untuk menguatkan perolehan pengejahuan dalam diri siswa.
Contoh Pengajaran Drama
Sebagai bahan latihan,berikut ini disajikan contoh pengajaran drama sesuai dengan tahapan-tahapn di atas. Drama yang dijadikan bahan pengajaran berjudul "Desir Cemara di Tingkap", karya Ustaji PW. Naskah drama itu dimuat pada Antologi Naskah Drama, yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Yogyakarta.

 
1) Pelacakan Pendahuluan
Drama ini bercerita tentang kehidupan sekelompok orang yang tergabung dalam rombongan sirkus atau akrobatik. Sebagai rombongan sirkus maka mereka harus selalu siap untuk memberi hiburan kepada para penonton. Itulah masalah menarik yang ingin ditampilkan oleh drama ini. Setiap saat mereka selalu tampil gembira dan bahagia di hadapan penonton, namun sebenarnya dibalik panggun6, dibalik k.egernbiraan tersebut banyak masalah yang harus dihadapi.
Hidup ini adalah sandiwara, Kita harus pandai memainkan peran kita masingmasing. Menurut para penonton, setelah layar panggung dibuka, saat itulah sandiwara dimulai. Anggapan itu salah. Bagi kelompok sirkus itu, setelah layar diturunkan dan penonton bubar, dan para pemain sirkus sibuk dengan urusan hidup masing-masing, barulah sandiwara yang sebenarnya dimulai.
Drama ini bercerita tentang persekongkolan antara Si Bos dengan Si Tua untuk mencelakai Si Buruk dan adiknya, Natalia. Si Bos ingin menguasai harta warisan milik Si Buruk dan Natalia. Pada malam itu Si Buruk dipilih untuk bermain akrobatik. tali dan Si Bos sudah merencanakan untuk rnembuat jebakan-jebakan agar Si Buruk terbunuh. Namun niat jahat itu tidak berhasil karena dibongkar oleh Si Manis.
Pelaku dalam drama ini berjumlah 10 orang. Peran-peran yang ada adalah
  1. Si Tua,
  2. Si Buruk,
  3. Si Manis,
  4. Si Centil,
  5. Si Pincang,
  6. Si Beo,
  7. bak Yu,
  8. Carfa,
  9. Pedro,
  10. Natalia.

 
Ditambah satu tokoh yaitu Si Bos, tetapi tokoh Si Bos hanya disebut-sebut dalam cerita dan tidak pernah dimunculkan ditengah tokoh-tokoh yang lain.

 
1.      Penentuan Sikap Praktis
Naskah drama yang herjudul "Desir Cemara di tingkap" adalah naskah yang masuk nominasi sepuluh besar pada lomba penulisan naskah yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Yogyakarta. Dengan mempertimbangkan proses penjurian dan kriteria penilaian, dapat dijadikan salah satu ukuran bahwa naskah drama ini dapat digunakan sebagai bahan pengajaran.
Setelah guru mengenal dengan sungguh-sungguh naskah drama ini, selanjutnya guru menandai hal-hal yang dianggap menarik dari drama tersebut. Melakukan identiftkasi terhadap tokoh-tokoh yang ada, seperti bagaimana watak dan sifat Si Tua, orang tua yang scring menasehati tetapi terlibat dalam persengkokolan. Si Beo yang mempunyai.sifat egois, selalu ingin menunjukan kekuatannya. Si Centil adalah orang suka mencampuri urusan orang lain, mau tahu urusan orang lain. Guru, juga perlu rnenandai kata-kata atau dialog yang mengandung nilai dan menjadi kekuatan drama. Dialog-dialog yang mengandung pokok pikiran, perlu dipikirkan bagaimana cara pengucapannya, lagu kalimatnya, pelafalannya dan sebaginya.
Pada tahap penentuan sikap praktis ini, guru sudah mulai memikirkan cara yang efektif agar siswa dapat mengikuti pembelajaran drama dengan baik. Salah satu yang dapat dilakukan adalah menugaskan siswa untuk membaca naskah drama itu di rumah, bisa seminggu sebelum pelajaran dimulai. Dengan demikian siswa sudah pernah tahu dan mengenal wujud naskah yang dijadikan bahan pengajaran.
3. Introduksi
Tahap introduksi atau pengantar merupakan tahapan pembuka sebelum masuk pada penyajian. Pada tahap introduksi ini guru dapat mengajak siswa untuk mengingat pengalman-pengalaman yang berkesan yang pernah dialami. Guru dapat mulai dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, Siapakah yang pernah rnelihat pertunjukkan sirkus? Apakah anak-anak pernah tahu kehidupan para pemain sirkus itu.
4. Penyajian
Setiap siswa sudah memhaca dan mempelajari naskah drama di rumah. Pada saat di kelas, guru sebaiknya menunjuk beberapa siswa untuk rnenjadi peraga dan membaca di depan. Naskah yang dibaca di depan kelas, dipilih pada bagian yang menarik baik dari dialognya maupun dari isinya. tentunya siswa yang dipilih yang dapat membaca dengan baik. Setelah dirasa cukup, dilanjutkan dengan pembacaan secara bersama-sama seluruh siswa. Pada saat pembacaan ini, sambil dibayangkan kira-kira bagaimana kata, dialog atau kalimat itu harus dibaca. Bagaimana suasana pembacaan yang tepat dengan isi dialog tersebut. Apabila terjadi kesalahan dalam membaca, sebaiknya guru jangan langsung mengberikan pembacaan untuk membenahi kesalahan. Sernentara waktu kesalahan itu dibiarkan saja, dan siswa disuruh terus membaca dengan disertai beberapa contoh dari guru.
Kemudian guru memilih bagian atau penggalan dialog tertentu dalam drarna untuk dicoba dimainkan atau diperagakan di kelas. Penyajian selanjutnya, guru menyuruh beberapa siswa untuk tampil di kelas. Siswa-siswa tersebut disuruh me!akukan adegan-adegan yang ada dalam drama. Karena siswa belum menghafal naskah, masih mungkin pada latihan bermain peran ini siswa masih membaca naskah. Akan tetapi pembacaannya sudah disertai dengan penjiwaan terhadap tokoh yang diperankan. Tentu saja peran guru sebagai pembirnbing dan pengatur laku (sutradara) masih dibutuhkan.
5. Diskusi
Setelah diadakan proses pembacaan dan peragaan singkat, kemudian siswa diajak untuk membicarakan unsur-unsur drama seperti tema, alur, tokoh, latar, pesan dan sebaginya. Tentu saja proses pembicaraan terhadap unsur-unsur tersebut tetap dilandasi pengetahuan tentang drama yang dimiliki oleh guru. Siswa langsung belajar tentang unsur-unsur drama dengan melakukan identifikasi terhadap naskah drama tersebut.
Pada tahap diskusi ini guru menyiapkan sejumlah pertanyaan untuk mempermudah membangkitkan partisipasi siswa. Berikut ini beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan bahan diskusi.
  1. Megapa tiba-tiba Si Pincang marah-marah?
  2. Siapakah yang dipilih Si Bos untuk bermain akrobatik tali pada malam itu?
  3. Apakah pekerjaan mereka sehari-hari?
  4. Apakah rnaksud Si Beo dengan mengatakan bahwa hidup ini penuh dengan permaianan?
  5. Si Beo juga berkata bahwa hidup ini sandiwara. Apa maksudnya?
  6. Mengapa kita tidak boleh membenci dan mendendam?
  7. Siapakah yang bersekongkol untuk mencelakai Si Buruk?
  8. Mengapa Carla ingin pulang kampung?
  9. Bagaimanakah watak Si Centil?
  10. Bagiamanakah akhir cerita drama ini?
  11. Mungkinkah peristiwa yang dialami tokoh-tokoh dalam drarna itu terjadi dalam kenyataan hidup sehari-hari?
  12. Jika Anda mengalami masalah seperti yang dialami oleh tokoh Si Buruk, apa yang akan Anda lakukan?
6. Pengukuhan
Dalarn proses belajar mengajar, upaya pengukuhan dilakukan agar sesuatu yang
telah diperoleh siswa dapat menjadi "miliknya". Dengan pengukuhan itu sejumlah informasi dan pengetahuan dapat benar-benar dipahami oleh siswa. Pada akhirnya siswa dapat dinyatakan telah menguasai materi yang diajarkan.
Pada tahap pengukuhan dalarn proses pembelajaran drama ini, yang dapat dilakuka.n oleh guru antara lain dengan memberi penegasan kembali terhadap nilai-nilai, yang ada dalam drama tersebut. Siswa diajak untuk merenungi dan meneliti masalah tersebut dikaitkan dengan kehidupan mereka masing-masing. Apakah yang harus dilakukan dan sikap yang bagaimana yang harus diambil bila menghadapi masalah seperti yang ditampilkan dalam drama. Idealnya, siswa dapat mengidentifikasikan dirinya, dihubungkan dengan tokoh-tokoh yang ada dalam drama. Hal yang berhubungan dengan pengetahuan atau teori drama, juga perlu mendapat perhatian dalam tahap pengukuhan ini. Guru perlu memberi penekanan dengan ,memberi penjelasan ulang secara singkat mengenai unsur-unsur drama yang sudah dipelajari bersama.

 
D. Proses Pementasan Drama
1. Pengantar
Pada akhirnya puncak dari belajar drama adalah upaya pementasan. Hal itu sesuai dengan hakikat drama yang merupakan seni pentas. Dalam arti bahwa proses belajar mengajar tidak hanya berhenti pada pembelajaran yang bersifat reseptif atau pemaharnan tetapi juga diupayakan ke arsh produktif-kreatif. Untuk kepentingan pembelajaran drama, pementasan yang dilakukan tentu alam pengertian pemeritasan sederhana. Dalam persiapan pementasan tidak arus seluruh kelengka;aan panggung disediakan. Sebagai latihan tahap awal guru dapat rnengambil bagian atau babak dalam drama yang mungkin untuk dipentaskan. agar setiap siswa dalam kelas dapat memperoleh kesempatan berproses, guru dapat rnembentuk kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok dapat disesuaikan dengan pemain yang dibutuhkan. Yang penting, adalah guru harus bertindak sebagai sutradara yang baik. ersama-sama siswa mempersiapkan pementasan sederhana. Sebaiknya tidak perlu terlalu khawatir dengan keberadaan fasilitas. Pasalnya, tidak ada gedung atau aula yang baik, maka guru dapat mencari alternatif tempat lain yang sekiranya memadai untuk melakukan latihan.
b. Pemilihan Naskah
Naskah yang akan dijadikan bahan pementasan hendaknya yang dapat dan mungkin untuk dimainkan (Actable). Naskah yang dipilih juga sedapat mungkin disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan serta sesuai dengan alam jiwa siswa (Brahim, 1968:158). Lebih lanjut Brahim rnenjelaskan bahwa naskah yang dapat dimainkan terutama ditinjau dari segi praktisnya. Tidak membutuhkan dekorasi yang sukar dan tidak berubah-ubah setingnya, serta tidak membutuhkan perlengkapan yang tidak mungkin dibawa ke panggung. Hal yang lebih penting naskah tersebut sesuai dengan kesanggupan pemain dan sutradara (dalam hal ini guru). Dari segi bahasa, pilihan katanya, bentuk-bentuk dialog yang ada berupa kata-kata yang hidup, lancar, dan cair.
Barangkali permasalahan klasik yang sering ditemui adalah permasalahan nanaskah. Sulit mendapatkan naskah yang baik. Kalau naskah tidak ada, ya harus cari. Idealnya seharusnya Anda sebagai guru sekaligus menjadi pemburu naskah. pabila. memungkinkan, dalam upaya mendapatkan naskah dapat melibatkan swa. Dengan melibatkan siswa dalam pencarian naskah, memberi kesempatan swa untuk melakukan apresiasi sederhana.
Pada prinsipnya untuk mengatasi kekurangan naskah, guru harus dapat rtindak kreatif. Bahkan juga sangat mungkin guru membuat naskah sendiri.
Dalam Erembuatan nanaskah itu pun dapat dilakukan bersama-sama siswa. Yang penting, sebagai guru jangan cepat merasa putus asa. Tidak ada kata menyerah untuk melakukan pembelajaran apresiasi drama.
c. Penentuan Pemain
Sesuai dengan tujuan pementasan yaitu dalam rangka proses pembelajaran drama, maka pertimbangan utama dalam penetuan pemain adalah supaya seluruh siswa dapat terlibat dan menikmati pementasan. Oleh karena itu, dalam menentukap pemain atau pemeran yang cocok dengan tokoh yang akan dimainkan, guru dapat menggunakan kriteria sederhana yaitu keadaan fisik dan kejiwaan. Pertimbangan fisik dan kejiwaan siswa, disesuaikan dengan karakter tokoh yang akan dibawakan. Tentu saja sebelum menentukan siapa pemeran tokoh tertentu, guru harus sudah memiliki interpretasi terhadap watak, sifat, dan karakter tokoh-tokoh yang ada dalam naskah drama. Dalam tahapan pembelajaran, pengenalan siapa sebenarnya tokoh-tol:oh dalam naskah dilakukan pada saat pelacakan pendahuluan. Sebagai contoh, untuk berperan sebagai tentara, dipilih siswa yang metniliki postur tubuh tinggi dan badan tegap serta suara yang keras. Untuk tokoh seorang guru, dipilih siswa yang punya sifat pendiam, sabar dan sebagainya.
Di samping masa!at pemain, hal yang perlu diperhatikan adalah masalah kerabat kerja. Drama merupakan pekerjaan kolektif, karena drama merupakan sebuah seni pentas. Oleh karena itu, selayaknya dalam proses pementasan ini juga dikembangkan organisasi pelaksana pementasan yang mencerminkan kepaduan seni tersebut (Ardiana, 1993:231}. Sekaligus juga memberi kesempatan kepada siswa untuk ber!atih bekerja sama dan bertanggung jawab terhadap tugas tnasingmasing.
d. Latihan-Latihan Dasar Drama
Sebelum masuk pada latihan ini untuk penggarapan naskah pementasan, sebaiknya siswa juga dikenalkan dengan dasar-dasar bermain drama secara praktis. Latihan dasar-dasar bermain drama biasanya meliputi
1.latihan gerak,
2.latihan suara/bunyi, dan
3.latihan akting.
Seorang pemain agar dapat membawakan perannya dengan baik harus dapat menguasai urat-urat tubuhnya sehingga dapat digerakkan untuk menghasilkan gerakan-gerakan yang baik (Brahim, 1968:160). Untuk itu perlu diadakan latihan-latihan gerak agar dapat menghasilkan kelenturan gerakan tubuh serta kekuatan otot tubuh. Banyak cara yang dapat dilakukan utnuk latihan dasar ini. Misalnya, latihan rnenari dengan musik, olah raga (silat), karate, senam dan sebagainya. Dengan latihan itu diharapkan siswa memiliki gerakan-gerakan tubuh yang reflek berdasarkan tuntutan naskah, dan tidak merasakan canggung untuk melakukan sesuatu.
Sehubungan dengan latihan dasar suara atau bunyi bertujuan agar siswa dapat merasakan perasaan yang terkandung dalam suatu 4capan dan mengucapkannya sesuai dengan perasaan. Dalarn percakapan rnemperlihatkan pembelajaranasi dan intonasi yang jelas dan irama yang hidup. Konsonan dan vokal hendaklah jelas artikulasinya. Latihan-latihan bunyi dapat dilakukan dalam alam terbuka, seperti di pantai, di daerah pegunungan dan sebagainya. Berikut ini disajikan latihan suara yang dikemukakan oleh Adjib Hamzah (1985:216-128). latihan suara terkait erat dengun organ tenggorokan. Ikutilah urutan latihan berikut ini vokal dan konsonan tertentu.
  1. Menguaplah dengan bebas; terasa tenggorokan terbuka dan tidak tegang
  2. Tariklah nafas dalam-dalam, rahang tetap rileks, dan berpikirlah bahwa tenggorokan Anda terbuka lebar. Kemudian hembuskan nafas perlahan.
  3. Katatan: Aku dapat berkata seolah-olah aku akan menguap. Dengarlah aku berkata seolah-olah aku akan menguap.
  4. Ucapkanlah lo-la-le-la-lo dengan lambat laun bertenaga untuk tiap pengulangan. Bunyi huruf hidup harus jelas. Rahang rileks. Kemudian nyanyikanlah. Tinghatkan volume suara dengan bernafas dalam-dalam, namun tenggorokar. jangan tegang.
  5. Ucapkanlah vokal a, i, u, e, o berulang-ulang terus. Setiap pengulangan volume suara dan kecepatan ditambah. Ulangi terus dengan tetap menambah volume dan kecepatan suara sampai puncak volume dan kecepatan suara Anda. Pada saat latihan di alam terbuka seperti di pantai, ucapkanlah dengan suara yang sekeras-kerasnya seakan-akan Anda ingin mengalahkan suara deburan ombak.
Selanjutnya latihan akting digunakan untuk kepentingan rnembawakan dan menghidupkan dialog teks. Untuk rnembawakan dan menghidupkan dialog perlu diolah gerak dan ekspresi wajah para pemain. Latihan ini sebaiknya dilaksanakan setelah siswa yang memegang peran sudah hafal dengan naskah drama. Dalarn latihan akting, siswa dikenalkan dengan berbagai contoh ekspresi gerak wajah yang rnenggambarkan sikap, watak, perilaku dari tokoh yang diperankan.
e. Pementasan dan Evalauasi
Hari pementasan biasanya sangat menegangkan. Semua berharap-harap cemas. Berhasilkah, atau gagalkah? Sebelum diadakan pementasan perlu diadakan pengecekan secara keseluruhan. Bila perlu dilakukan kegiatan pementasan pendahuluan atau pementasan gladi resik sebelum pementasan yang sesungguhnya. Setelah pementasan usai pertu dilakukan evaluasi sampai di manakah hasil pementasan itu. Bahkan bila perlu guru dapat menghadirkan ahli dari luar atau meminta masukan dari guru-guru lain tentang pementasan tersebut. Masukan dan kritikan rnerupakan hal yang penting untuk proses belajar selanjutnya.
Yang perlu diingat bahwa target pementasan yang dilakukan tetap dalam rangka pembelajaran drama. Pelaksanaan kegiatan berekspresi drama di sekolah bukan untuk mencetak aktor atau produser melainkan dalam rangka membantu anak didik berkembang menjadi manusia yang matang seutuhnya (Ardiana, 1993:232). Oleh karena itu, bagaimanapun hasilnya, bukan merupakan tujuan utama. Tujuan utama adalah agar siswa dapat melakukan kegiatan apresiasi secara langsung dalam rangka mencari pengalaman baru.
 sumber : www.wordpress.com