III. LATIHAN DASAR
Dalam bermain drama ada yang
disebut dengan akting. Akting adalah pelafalan dialog (yang tertulis di
dalam naskah) disertai dengan gerak atau gesture. Seorang aktor
dikatakan baik apabila ia sanggup membawakan dialog sesuai dengan
karakter tokoh yang diperankannya. Dialog itu bisa terdengar (volume
baik), jelas (artikulasi baik), dimengerti (lafal benar), dan aktor
bisa menghayati sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam
naskah. Seorang aktor yang baik akan mampu membawakan dialog tersebut
dengan gerak yang pas (tidak berlebihan atau dibuat-buat). Ia bergerak
dengan leluasa (blocking baik) tidak ragu ragu ( meyakinkan),
dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan), dan juga bisa
menghayati sesuai dengan tuntutan peran yang ditentukan dalam naskah.
3.1 BLOCKING
Blocking adalah kedudukan aktor pada
saat di atas pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat
diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu
mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Blocking tersebut
harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian
serta wajar.Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan. Kesemuanya itu mempunyai
pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah setengah dan
jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau
berlebihan terkesan over acting.
Beberapa prinsip dasar dalam mengolah blocking di antaranya:
1.
Dimengerti (jelas)
Apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum
gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat
dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.
Blocking
harus memiliki motivasi yang jelas berarti gerak-gerak anggota tubuh
maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah.
2. Seimbang
Seimbang berarti kedudukan pemain,
termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting) tidak
mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat
sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau
benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai
keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai
"Komposisi Pentas".
3. Utuh
Utuh berarti blocking yang ditampilkan
hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan gerak yang
harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.
4. Bervariasi
Bervariasi artinya bahwa kedudukan
pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk
komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang
pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama
berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali
kalau memang dikehendaki oleh naskah.
5. Memiliki titik pusat
Memiliki titik pusat
artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini
penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton
untuk melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang
berlangsung. Antara pemain juga jangan saling mengacau sehingga akan
mengaburkan dimana sebenarnya letak titik perhatian.
6. Wajar
Wajar artinya setiap penempatan pemain
ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat. Disamping
itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus beralasan.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking
yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu
sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga
naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para
pemainnya.
3.2 MEDITASI
Secara umum arti
meditasi adalah mencoba untuk menenangkan pikiran. Dalam teater dapat
diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran
dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.
Tujuan Meditasi:
1. Mengosongkan pikiran.
Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala
sesuatu yang ada dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu
masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua
itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan
ikatan.
2. Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam
latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita
kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan
kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan
yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam
latihan.
Cara meditasi:
1. Posisi tubuh tidak terikat,
dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah dengan
duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi
bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.
2. Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan
juga dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk
dan keluar dalam tubuh kita.
Kosongkan pikiran kita, kemudian
rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala perasaan. Kita
akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak.
Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk
berkonsentrasi.
Catatan:
Pada suatu saat mungkin kita
kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam
setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu
lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita
paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi
adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan
bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan
peran yang hendak kita bawakan.
3.3 KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita
mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau
peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan
pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang
kita kerjakan.
Cara konsentrasi:
Kita harus melakukan dahulu
meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan cara-cara yang sudah
ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita
benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi.
Setelah pikiran kita
kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran. Rasakan
bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita
dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain
bahwa kita saat ini sedang latihan teater.
Catatan:
Pada saat kita akan membawakan
suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan sebagainya,
baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada
hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.
3.4
PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan
ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan
pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih
pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat
agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun
dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa
dipergunakan:
1. Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita
menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita
membusung. Di kalangan orang orang teater pernapasan dada biasanya tidak
dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk
udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/akting sang aktor,
karena bahu menjadi kaku.
2. Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut
jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut
kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian
dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih
banyak dibandingkan dada.
3. Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap
kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara
yang kita serap sangat banyak (maksimum). Pernapasan lengkap
dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu
mengutamakan akting, tetapi mengutamakan vokal.
4. Pernapasan diafragma
Diafragma adalah bagian
tubuh kita yang terletak diantara rongga dada dan perut. Sedangkan yang
dimaksud dengan Pernapasan diafragma adalah ketika sang aktor itu
mengambil udara sebanyak-banyaknya kemudian disimpan di diafragma dan
rasakan bahwa diafragma itu benar-benar mengembang. Hal ini dapat kita
rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang
tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang.
Akhir-akhir ini, banyak orang teater yang mempergunakan pernapasan
diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya
lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.
Latihan latihan pernapasan:
Pertama kita
menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada,
kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam
keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimum bawah.
Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas
kita keluarkan kembali.
Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan
cepat.
Cara berikutnya adalah menarik napas dalam dalam, kemudian
keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara cara
lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal.
*Catatan: Bila
sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, disarankan agar
janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.
3.5
VOKAL
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka
dia harus mempunyai dasar vokal yang baik pula. "Baik" dalam pengertian:
- dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang
paling belakang),
- jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
-
tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan, dan
- tidak
monoton.
Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan
latihan vokal. Banyak cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara
lain:
1. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil
menghentakan suara "wah…" dengan energi suara. Lakukan ini berulang
kali.
2. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil
menggumam "mmm…mmm…" (suara keluar lewat hidung).
3. Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara
mendesis,"ssss……."
4. Hirup udara banyak banyak, kemudian keluarkan
vokal "aaaaa……." sampai batas napas yang terakhir. Nada suara jangan
berubah.
5. Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah
suara) diubah-ubah naik turun (dalam satu tarikan napas)
6.
Keluarkan vokal "a…..a……" secara terputus-putus.
7. Keluarkan suara
vokal "a i u e o", "ai ao au ae ", "oa oi oe ou", "iao iau iae aie aio
aiu oui oua uei uia ......" dan sebagainya.
8. Berteriaklah sekuat
kuatnya sampai ke tingkat histeris.
9. Bersuara, berbicara,
berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung gulung, berlari, berputar
putar dan berbagai variasi lainnnya.
*Catatan:
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan latihan tadi, janganlah
takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan.
Sebabnya adalah karena lendir lendir di tenggorokan terkikis, bila kita
bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah
agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka
suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat,
janganlah terlalu memaksa alat alat suara untuk bersuara keras, sebab
apabila dipaksakan akan dapat merusak alat alat suara kita. Berlatihlah
dalam batas-batas yang wajar.
Latihan ini biasanya dilakukan di alam
terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat air terjun dan
sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara suara di sekitar
kita, disamping untuk menghayati karunia Tuhan.
3.6
ARTIKULASI
Artikulasi yang dimaksud adalah pengucapan kata
melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas,
sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata-kata yang
diucapkan. Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab
yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar,
yaitu:
1. Cacat artikulasi alami: cacat artikulasi
ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang yang sulit
mengucapkan salah satu konsonon, misalnya "r", dan sebagainya.
2.
Artikulasi jelek; ini bukan disebabkan karena cacat
artikulasi, melainkan terjadi sewaktu-waktu. Hal ini sering terjadi pada
pengucapan naskah/dialog.
Misalnya:
Kehormatan menjadi
kormatan,
menyambung menjadi mengambung, dan
sebagainya.
Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog,
pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya. Sedangkan artikulasi
menjadi tak tentu: hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu
cepat, seolah olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama
sekali.
Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan
latihan:
Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut
pada setiap pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan nada-nada tinggi,
rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik.
Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb
Membaca
kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk
mulut.
3.7 INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan
intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud
intonasi di sini adalah tekanan-tekanan yang diberikan pada kata,
bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam,
yaitu:
Tekanan Dinamik (keras lemah)
Ucapkanlah dialog
pada naskah dengan melakukan penekanan-penekanan pada setiap kata yang
memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat "Saya membeli pensil
ini" Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda. Misal:
SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
Saya MEMBELI
pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
Saya membeli PENSIL ini.
(Pensil, bukan buku tulis)
Tekanan Nada (tinggi)
Cobalah mengucapkan
kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan
seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan
dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah-ubah. Jadi yang dimaksud
dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata.
Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat
atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan untuk lebih
mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya cobalah membaca
naskah dengan tempo yang berbeda-beda. Lambat atau cepat silih berganti.
3.8 WARNA SUARA
Hampir setiap orang memiliki
warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi warna
suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan
seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak
gadisnya. Apalagi antara laki laki dengan perempuan, akan sangat jelas
perbedaan warna suaranya. Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu
dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi,
gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara. Sebagai
latihan dapat dicoba mengubah-ubah warna suara dengan menirukan warna
suara seorang tua, pengemis, anak kecil, dan lain sebagainya.
Untuk latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan
dasar dasar vokal seperti di atas.
(Kang Dul masuk tergopoh gopoh)
Kang Dul: Aduh Mas….e…..e…..itu, Mas…. Anu…. Mas….a….a….ada mahasiswa
bawa mobil, pakaiannya bagus. Saya takut, Mas, mungkin dia orang kota,
Mas.
Bambang: Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan
saja orang-orangmu untuk mengusirnya ?
Pak Slamet: (kepada Bambang)
Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?!
Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei ! (sambil
mencengkeram Bambang).
Bambang: Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada
orang kota yang masuk.
Pak Slamet: (membentak sambil mendorong) Diam
Kamu !
(kepada Kang Dul) Di mana dia sekarang ?
Kang Dul: Di
sana Pak, nongkrong di kantin sambil main leptop.
Selain mengenai dasar dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog
diperlukan juga adanya suatu penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan
diterangkan dalam bagian tersendiri.
3.9 GESTIKULASI
Gestikulasi adalah suatu cara
untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada
sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun
merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda.
Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu
kata dengan satu kalimat kadang kadang memiliki arti yang sama.
Misalnya kata "Pergi !!!!" dengan kalimat "Angkat kaki dari sini !!!".
Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu
?" , "Kenapa ?" atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan
suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog. Gestikulasi
harus dilakukan, sebab kata kata yang pertama dengan kata berikutnya
dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan
kelewatan. Pergi!". Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan
pemenggalan karena antara keduanya memiliki maksud yang berbeda. Hal
ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata.
Misalnya "Tuan kelewatan"....... (mendapat tekanan), "Pergi…." (mendapat
tekanan).
3.10 OLAH TUBUH
Sebelum kita melangkah
lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih dahulu
kita harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan
senam), sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau
pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau
kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan
melatih atau melemaskan otot otot kita supaya elastis, lentur, luwes
dan supaya tidak ada bagian bagian tubuh kita yang kaku selama
latihan-latihan nanti.
Pelaksanaan olah tubuh:
Pertama sekali mari kita
perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera yang kita punyai.
Dengan memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung
rambut sampai ujung kaki.
Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita.
1. Jatuhkan kepala ke
depan. Kemudian jatuhkan ke belakang, ke kiri, ke kanan. Ingat
kepala/leher dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk.
2. Putar
kepala pelan pelan dan rasakan lekukan lekukan di leher, mulai dari
muka. kemudian ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan
lakukan berkali kali. Ingat, pelan pelan dan rasakan !
3. Putar bahu
ke arah depan berkali kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu
terlebih dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak.
4. Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke
arah belakang. Demikian pula sebaliknya.
5. Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas
siku, putar tangan keseluruhan. Lakukan berkali kali, pertama tangan
kanan dahulu, kemudian tangan kiri, baru bersama sama.
6. Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya.
7. Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan
tumpuan pada kaki kiri. Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian putar
pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki kanan.
Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas.
8. Sebagai
pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari lari di tempat dan
meloncat loncat.
Macam Macam Gerak:
Setiap orang memerlukan gerak
dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan manusia. Dalam
latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam
macam gerak Latihan latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara
khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang teater.
Pada
dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak
yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan
bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak
teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama.
Gerak non teaterikal
Gerak non teaterikal adalah
gerak kita dalam kehidupan sehari hari. Gerak yang dipakai dalam teater
(gerak teaterikal) ada bermacam macam, secara garis besar dapat kita
bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.
Gerak Halus
Gerak halus adalah gerak pada raut
muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi dengan
ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya
marah, sedih, gembira, dan sebagainya.
Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari
seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya
pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat
dibagi menjadi empat bagian. yaitu:
(1)Business,
adalah gerak gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak
ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya:
- sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita
menggerak gerakkan tangan atau kaki mengikuti irama musik.
-
sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara
refleks tangan kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa
kehilangan konsentrasi kita pada belajar.
(2)Gestures, adalah gerak gerak besar yang kita
lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara sadar. Gerak
yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk
melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb.
(3)Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang
satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan
saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung gulung, melompat, dsb.
(4)Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa
bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan berbeda dengan cara
berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara berjalan orang
yang sedang mabuk, dsb.
Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan
dasar. Hal ini harus benar-benar diperhatikan dan harus diyakini
benar-benar oleh seorang pemain apa maksud dan maknanya ia melakukan
gerakan yang demikian itu. Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan
"gerak-gerak dasar". Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi
menjadi tiga bagian, yaitu:
(1)Gerak dasar bawah: posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini
kita hanya boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak
sampai pada batas kepala kita.
(2)Gerak dasar tengah: posisi kita saat ini dalam keadaan setengah
berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai
diatas kepala.
(3)Gerak dasar atas: di sini kita boleh bergerak
sebebas-bebasnya tanpa ada batas.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk
berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.
Latihan-latihan gerak yang lain:
1. Latihan cermin.
Dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu
membuat gerakan dan yang lain menirukannya, persis seperti apa yang
dilakukan temannya, seolah-olah sedang berdiri didepan cermin. Latihan
ini dilakukan bergantian.
2. Latihan gerak dan tatap mata
Sama dengan
latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling
tatap, seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan
digerakkan nanti.
3. Latihan melenturkan tubuh
Seseorang berdiri
dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu mengangkat tangan
temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum dijatuhkan
lengan / tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu.
4. Latihan gerak bersama
Suatu kelompok yang
terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama seperti
dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka.
5. Latihan gerak mengalir
Suatu kelompok yang
terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan, membentuk lingkaran.
Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan ( menggerakkan tangan
atau tubuh ) dan yang lain mengikuti gerakan tangan orang yang
menggandeng tangannya. Selama melakukan gerakan, tangan kita jangan
sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini dilakukan dengan
memejamkan mata dan konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan yang
artistik.
3.11 GERAK DAN VOKAL
Setelah
kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang
kita mencoba untuk memadukan antara vokal dan gerak. Banyak
bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain mengucapkan
kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat, jongkok,
bergulung-gulung, atau juga bisa dengan memutar-mutar kepala,
memutar-mutar tubuh, dan sebagainya. Latihan ini berguna sekali bagi
kita pada waktu acting. Tujuannya adalah agar vokal dan gerak kita
selalu serasi, agar gerak kita tidak terlalu banyak berpengaruh pada
vokal.
3.12 PENGGUNAAN PANCAINDERA
Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara
utuh. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan panca indera
kita tersebut, baik secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Dalam
teater kita juga harus menggunakan indera kita dengan baik agar dapat
memainkan suatu peran dengan baik pula.
Supaya alat-alat indera kita
dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus dilatih. Hal ini
sangat perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk ekspresi.
Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain:
Mata
Duduk bersila sambil menatap suatu titik di
dinding. Konsentrasi hanya pada titik tersebut. Usahakan menatap titik
tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.
Telinga
Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara
itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada beberapa macam benda, dimana
setiap benda memiliki nada / suara yang berlainan. Hitunglah berapa kali
ketukan pada benda yang sudah ditentukan.
Duduklah ditepi jalan
yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara apa
saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor,
suara tawa seseorang diatas sepeda motor, suara sepatu diatas
trotoar,dsb.
Hidung
Duduk ditepi jalan
sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa yang
ada disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita,
bau parfum, asap knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram
hujan, dsb.
Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh
tubuh kita, rasakan dan hayati benar-benar bagaimana baunya.
Kulit
Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh
tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah tubuh kita itu,
cari perbedaan antara setiap tubuh.
Rabalah dinding, lantai, meja,
atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya, dingin atau
panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya.
Lakukan latihan ini dengan mata terpejam.
Lidah
Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk
mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit, bibir, dan
sebagainya.
Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah
kancing baju, sapu tangan, batang pensil, tangan yang berkeringat,dsb.
3.13 KARAKTERISASI
Karakterisasi adalah suatu
usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan.
Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi
seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari
tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian penampilannya
akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang
tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang
dituntut naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari
tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis.
Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya,
tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau
pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita
tidak hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya:
Tokoh (A) … jabatan (lurah) … watak (licik, pura-pura, pengecut)
Tokoh (B) … jabatan (jongos) … watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah)
Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut:
Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis,
kakek, anak kecil, pemabuk, orang buta, dsb. (yang dimaksud dengan
gerak-gerak dasar disini adalah cirri-ciri khas)
Dua orang atau
lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah
kepada temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang
diceritakan. Untuk membantu memberi suasana, dapat memakai musik
pengiring.
Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya
perlu juga kita mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk
itu marilah kita kenali satu persatu.
3.14 OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang
tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya,
pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala sesuatu
tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu.
Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi
tokoh yang kita ingini.
3.15 ILUSI
Ilusi
adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah
terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu
dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat,
dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan
lain sebagainya.
Cara-cara melatihnya antara lain:
Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.
Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru,
dsb.
Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun
dikampung, dsb.
Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi,
dewa, burung, artis, dsb.
Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi
perang antar planet, dsb.
3.16 IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk
menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi
obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu
yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu
menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas,
penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar
terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang
pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita
sedang memainkan sebuah pantomim.
Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin
koor dengan roh suci. Roh suci disini hanya terdengar suaranya, tetapi
pemain harus menganggap bahwa roh suci benar-benar ada. Dalam contoh
lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang didalamnya terdapat sebuah
dialog, sebagai berikut: "Hei letnan, coba perhatikan perempuan
berkaca mata gelap didepan toko itu. Perhatikan topi dan tas hitam yang
dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai
Nyonya Lisa beberapa saat sebelum terjadi pembunuhan". Yang
dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan saja. Perempuan
berkaca mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak
tampak dalam pentas.
Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang
dibendakan, termasuk disini segala sifat dan keadaannya. Sebagai
latihan dapat dipakai cara-cara sebagai berikut:
Sebutkan sebanyak
mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai
menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.
Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian
bayangkan dan sebutkan bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya,
keadaannya, warna, dsb.
Menganggap atau memperlakukan sebuah benda
lain dari yang sebenarnya. Contohnya, menganggap sebuah batu adalah
suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya, dsb.
Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi tertawa
terpingkal-pingkal.
Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang
berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil rasanya menjadi asin, pahit, manis
kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dsb.
3.17 EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai
ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci,
bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat
mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan
warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh
tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku,
roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini
timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka tinbul
niat untuk memukul, dsb.
3.18 PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk
diterpakan tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak
Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi
berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang
berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan
baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.
Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah:
Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang
dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik
tolak dan inti dari naskah.
Melakukan gerak serta dialog yang
terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang
akting dari tokoh yang akan kita perankan.
Sebagai latihan cobalah
membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai pembantu
pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.
IV.
KOMPOSISI PENTAS
Komposis pentas adalah pembagian pentas
menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi pentas ini dibuat untuk
membantu blocking, dimana setiap bagian pentas mempunyai arti
tersendiri.
Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan penempatannya. Bagian
depan lebih kuat daripada bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat
daripada bagian kiri. Oleh karena itu jangan menempatkan diri atau benda
yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah
tempat-tempat yang sesuai agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun
demikian harus tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan terlalu
dibuat-buat.
http://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/dasar-dasar-bermain-drama
Minggu, 01 Desember 2013
dasar-dasar bermain drama
DASAR-DASAR BERMAIN DRAMA
I. PENDAHULUANDrama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media percakapan(dialog), gerak dan tingkah laku. Naskah merupakan hal utama dalam bermain drama (modern) karena ia merupakan panduan bagi para pemeran (aktor) di atas pentas. Selain naskah, ada unsur-unsur lain yang sangat menentukan yaitu dekorasi (setting), musik, lighting, make up,kostum,nyanyian, tarian, dan unsur penunjang lainnya.
II. NASKAH
Naskah di sini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat di mana dimainkan naskah tersebut. Selain dialog, sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, tokoh dan plot atau rangka cerita.
Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para tokoh harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.
Tema
Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan tokoh-tokohnya.
Tokoh
Dalam cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita.oleh karena itu seorang tokoh haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik. Disamping itu, dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang tokoh. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu:
Dimensi fisiologi (ciri-ciri badani) antara lain: usia, jenis kelamin, keadaan tubuh dan cirri-ciri muka.
Dimensi sosiologi (latar belakang) kemasyarakatan misalnya status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dan sebagainya.
Dimensi psikologis (latar belakang kejiwaan) misalnya temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dan lain sebagainya.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka tokoh yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.
Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot merupakan suatu keseluruhan peristiwa didalam naskah. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1.Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita. Pada umumnya bagian ini disajikan dalam bentuk sinopsis.
2. Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
3. Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
4. Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan yang di dalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.
NASKAH DRAMA LUCU
MALAM MINGGU UDIN"
PENGENALAN TOKOH :
*NARASI*
Udin adalah orang yang sangat tidak berpengala
man dalam bidang cinta, oleh karena itu biasanya dia senang berkonsult asi masalah cinta dengan temannya Isa, tapi mereka sebenarnya 11:12 sama-sama tidak begitu mahir soal percintaan , tapi Udin selalu saja kagum kepada temannya itu..
Udin : halo guys ini kucing gue sama Isa (sambil ngelus kucing) , lucu kan
Isa : halo guys salam kenal (melambaik an tangan) gue isa, gue itu kaya gimana? Gue pernah tanyain pertanyaan yg sama ke orang lain, dan jwabanya. Gue baik, ganteng, pinter, nggak sombong. Nenek gue emang pinter banget nilai orang.
Udin : yah biar kayak di film2 gitu harus ada opening nya dulu kan , hhehe oya gue belum ngenalin kucing gue ini, kebetulan gue suka smash dan temen gue yang di sebelah ini suka cherrybele jadi kucing gue ini gue kasi nama “Morganissa” keren kan namanya ?
Isa : dia juga punya facebook sendiri loh (sambil nunjukin profil facebook laptop)
Udin : (tetettolt et hape bunyi) sa , gimana nih ?
Isa : apanya yang gimana ? (muka kaget)
Udin : niih si Febri mau kesini , trus dia bilang “leh mpir gak“ gimana dong?
Isa : apanya yang bergelambi r ? (kaget lagi)
Udin : maksudnya boleh mampir enggaak
Isa : oh itu bilang aja iya
Udin : balesnya pake emoticon smiley gak ?
Isa : gak usah
Udin : tapi kan entar kesannya gue tuh ketus sa
Isa : nggak, coba bayangin si Febri lagi jalan terus tiba-tiba elo bilang “iya kesini aja” sambil senyum sendiri, kan jadi ngeri din~
Udin : iya sih aneh -__-
Isa : gua bilang juga apa
Udin : yaudah deh gua siap-siap dulu , ohiya lo masih inget kan sama si Febri ??
Isa : yang mana tuh ya ?
Udin : ituloo yang mukanya senyum terus , cobak lo flashback deh ke masa lo pas SMA
Isa : oh yang dulu nama Fbnya “Febri Rastafara Cellallube rkatayooma n” kan? Gua ilfell dengernya din~
Udin : elo juga sama aja sa, nama Fb lo dulu kan “Issa Sellallu Cemungud” PPnya pake foto Boyband korea lagi
Isa : lo juga kan? “Udin Naxrege” PP lo dulu juga Justin Bieber
Udin : udah, udah nggak kelar-kela r entar mbahas Ke-ALAYan kita dulu sa -__-
(Udin menuju kamar untuk ganti baju, setelah itu minta saran ke Isa)
Isa : lo beneran pake baju “V-Neck” kaya gitu buat ketemu Febri?
Udin : iya, kenapa emang? Olga syahputra aja pake baju kaya ginian di TV?
Isa : sumpah ya, lo tu kaya pedofil baru akil baligh. Ganti ganti… Febri gak bakalan suka kalo kaya begini, nih pake baju gue
Udin : nanti gue bagusnya ngobrol tentang apa ya sa, sama febri?
Isa : cewe itu suka ngobrol tentang kesuksesan , jadi lo harus nunjukin bahwa lo udah sukses sekarang
Udin : ohh, mungkin gue harus nyritain nilai ijazah SMA gue kali ya?
Isa : lo tu harus buat febri bangga, bukan kasian bego!
(ting…tong ….ting…ton g….) *bel kontrakan Udin dan Isa berbunyi*
Udin : mas Danu(pemba ntu Isa & Udin), tolong bukain pintunya. Ada tamu noh
Danu : iya mas
(danu membuka pintunya)
Febri : Udin ya? Lama gak ketemu~
Danu : bukan mba, saya pembantu disini
Febri : ohh, gue kira Udin.
Danu : silahkan masuk mbak
Udin : Febri yah? Sini duduk (sambil senyum aneh)
Isa : (lagi nonton Tv)
Febri : (nyamperin Isa) eh, isa ya? Elo apakabar? Gila ya lama banget nggak ketemu
Isa : iya ya, udah 3 bulan nggak ketemu
Febri : lagi ngapain?
Isa : ini lagi nonton film documenter tentang tupai
Febri : wah, gue seneng banget sama tupai (duduk di samping isa)
Isa : oh iya? Ini film bagus loh, tupainya lagi kejar-keja ran sama macan gitu?
Udin : gue juga kemaren liat tupai di ragunan, lucu tupainya (pasang muka melas karena gak diperhatii n)
Febri : (senyum dikit)
Isa : udah makan belom, kalo belom sekalian aja. Mas danu nasi goreng tiga ya
Danu : iya mas.
Udin : eh, mau liat taman kita gak ? sambil liat bintang
Febri : boleh, ayo
(sampai ditaman rumah)
Udin : Kok kamu liatin aku terus?
Febri : abis kamu ngingetin aku sama tupai aku yang udah meninggal
Udin : lucu tupainya? (muka melas)
Febri : iya, lucu kaya kamu. Kamu juga perhatian, sering SMS malem malem
Udin : iya, soalnya mau telpon nggak punya pulsa
Febri : eh, dulu gue tuh punya mantan, kita gak prnah pergi bareng, makan bareng pokoknya sedih banget deh
Udin : gue juga pernah punya mantan dulu gak pernah pergi bareng, jalan, nonton konser.
Febri : oh ya, kapan?
Udin : waktu SD
Febri : oh -_-
Udin : makan yuk, mumpung malem minggu nih
Febri : ayo, di restoran mana? Tempatnya elit kan?
Udin : iya, makananya enak, tempatnya bagus dan yang penting diskon 75%
(pergi ke restoran)
Febri : make-up gue gak ketebelan kan?
Udin : nggak kok, gue udah pernah jalan sama cewe yg make-up nya lebih tebel dari elo
Febri : beneran?
Udin : iya, baru jalan dua kali gue udah kena TBC
Febri : TBC?? Kok bisa??
Udin : iya, kata dokternya paru-paru gue kemasukan bedak -_-
(sampe di restoran)
Febri : ih, kita makan di tempat ini?
Udin : iya, emang kenapa?
Febri : gue tuh lagi pengen makan escargot gitu, disini emang ada escargot?
Udin : lo barusan ngmong pake bhasa apaan?
(pelayan restoran dateng) *pelayan restoran disingkat PR*
PR : mau pesen apa mba?
Febri : yg paling mahal apa?
PR : ini yg paling mahal, Wagyu Beef Steak 300 gram
Febri : boleh tuh
PR : kalo mas pesen apa?
Udin : yg paling murah apa? -___-
(setelah makanan disajikan)
Febri : daging nya enak loh, empuk banget pantesan mahal
Udin : iya, ini krupuknya juga enak. Krupuk paling enak yg pernah gue makan -___-
Febri : eh nanti temenin ke butik yah?
Udin : ke butik? Ngapain?
Febri : beli baju, baju ku tu udah pada kekecilan. Beliin yah?
Udin : iya, kebetulan gue lagi ada duit
Febri : oke, harganya tu 3 juta..
Udin : 3 juta?? Kebetulan gue lagi gak punya duit
Febri : loh kok gitu? Ya udah beliin tas aja ya? Tas gue rusak
Udin : kalo tas harganya berapa?
Febri : 2 juta
Udin : elo ada barang lain yg juga lagi rusak gak? Kaya pita rambut gitu? -_-
(pelayan menyodorka n tagihan pembayaran makanan)
PR : ini mas totalnya Rp. 1.200.000
Udin : (muka datar) totalnya bener segitu mba?
PR : iya, segitu mas
Febri : kenapa din?
Udin : kayanya gue harus ke ATM dulu deh, soalnya duit gue gak cukup
*narasi*
dan si febri ninggalin Udin karena ternyata uang di ATM Udin gak nyukup buat bayar, akhirnya udin ninggalin baju, Jam, sepatu sama jaket tulisan “SM*SH” kesayangan ya di restoran itu, Udin pulang ke kontrakan di jemput pembantuny a danu. Inilah kisah malam minggu Udin, semoga malam minggu Udin selanjutny a akan lebih baik lagi. Mudah-muda han.
PENGENALAN
1. Udin Tokoh utama, sifatnya sedikit oon, mudah percaya, jomblo abadi, suka banget sama SM*SH
2. Isa teman kontrakan si Udin, sifatnya sok tau, penakut, suka banget sama cherrybelle
3. Mas Danu pembantu Udin & Isa, sifatnya Lugu, Polos
4. Febri Gebetan si Udin, sifatnya High class, matre, suka makan
5. Morganisa Kucingnya Udin & Isa, jenis kelamin sepertinyaperempuan, sukka tidur sama makan
*NARASI*
Udin adalah orang yang sangat tidak berpengala
Udin : halo guys ini kucing gue sama Isa (sambil ngelus kucing) , lucu kan
Isa : halo guys salam kenal (melambaik
Udin : yah biar kayak di film2 gitu harus ada opening nya dulu kan , hhehe oya gue belum ngenalin kucing gue ini, kebetulan gue suka smash dan temen gue yang di sebelah ini suka cherrybele
Isa : dia juga punya facebook sendiri loh (sambil nunjukin profil facebook laptop)
Udin : (tetettolt
Isa : apanya yang gimana ? (muka kaget)
Udin : niih si Febri mau kesini , trus dia bilang “leh mpir gak“ gimana dong?
Isa : apanya yang bergelambi
Udin : maksudnya boleh mampir enggaak
Isa : oh itu bilang aja iya
Udin : balesnya pake emoticon smiley gak ?
Isa : gak usah
Udin : tapi kan entar kesannya gue tuh ketus sa
Isa : nggak, coba bayangin si Febri lagi jalan terus tiba-tiba elo bilang “iya kesini aja” sambil senyum sendiri, kan jadi ngeri din~
Udin : iya sih aneh -__-
Isa : gua bilang juga apa
Udin : yaudah deh gua siap-siap dulu , ohiya lo masih inget kan sama si Febri ??
Isa : yang mana tuh ya ?
Udin : ituloo yang mukanya senyum terus , cobak lo flashback deh ke masa lo pas SMA
Isa : oh yang dulu nama Fbnya “Febri Rastafara Cellallube
Udin : elo juga sama aja sa, nama Fb lo dulu kan “Issa Sellallu Cemungud” PPnya pake foto
Isa : lo juga kan? “Udin Naxrege” PP lo dulu juga Justin Bieber
Udin : udah, udah nggak kelar-kela
(Udin menuju kamar untuk ganti baju, setelah itu minta saran ke Isa)
Isa : lo beneran pake baju “V-Neck” kaya gitu buat ketemu Febri?
Udin : iya, kenapa emang? Olga syahputra aja pake baju kaya ginian di TV?
Isa : sumpah ya, lo tu kaya pedofil baru akil baligh. Ganti ganti… Febri gak bakalan suka
Udin : nanti gue bagusnya ngobrol tentang apa ya sa, sama febri?
Isa : cewe itu suka ngobrol tentang kesuksesan
Udin : ohh, mungkin gue harus nyritain nilai ijazah SMA gue kali ya?
Isa : lo tu harus buat febri bangga, bukan kasian bego!
(ting…tong
Udin : mas Danu(pemba
Danu : iya mas
(danu membuka pintunya)
Febri : Udin ya? Lama gak ketemu~
Danu : bukan mba, saya pembantu disini
Febri : ohh, gue kira Udin.
Danu : silahkan masuk mbak
Udin : Febri yah? Sini duduk (sambil senyum aneh)
Isa : (lagi nonton Tv)
Febri : (nyamperin
Isa : iya ya, udah 3 bulan nggak ketemu
Febri : lagi ngapain?
Isa : ini lagi nonton film documenter
Febri : wah, gue seneng banget sama tupai (duduk di samping isa)
Isa : oh iya? Ini film bagus loh, tupainya lagi kejar-keja
Udin : gue juga kemaren liat tupai di ragunan, lucu tupainya (pasang muka melas karena gak
Febri : (senyum dikit)
Isa : udah makan belom, kalo belom sekalian aja. Mas danu nasi goreng tiga ya
Danu : iya mas.
Udin : eh, mau liat taman kita gak ? sambil liat bintang
Febri : boleh, ayo
(sampai ditaman rumah)
Udin : Kok kamu liatin aku terus?
Febri : abis kamu ngingetin aku sama tupai aku yang udah meninggal
Udin : lucu tupainya? (muka melas)
Febri : iya, lucu kaya kamu. Kamu juga perhatian,
Udin : iya, soalnya mau telpon nggak punya pulsa
Febri : eh, dulu gue tuh punya mantan, kita gak prnah pergi bareng, makan bareng pokoknya
Udin : gue juga pernah punya mantan dulu gak pernah pergi bareng, jalan, nonton konser.
Febri : oh ya, kapan?
Udin : waktu SD
Febri : oh -_-
Udin : makan yuk, mumpung malem minggu nih
Febri : ayo, di restoran mana? Tempatnya elit kan?
Udin : iya, makananya enak, tempatnya bagus dan yang penting diskon 75%
(pergi ke restoran)
Febri : make-up gue gak ketebelan kan?
Udin : nggak kok, gue udah pernah jalan sama cewe yg make-up nya lebih tebel dari elo
Febri : beneran?
Udin : iya, baru jalan dua kali gue udah kena TBC
Febri : TBC?? Kok bisa??
Udin : iya, kata dokternya paru-paru gue kemasukan bedak -_-
(sampe di restoran)
Febri : ih, kita makan di tempat ini?
Udin : iya, emang kenapa?
Febri : gue tuh lagi pengen makan escargot gitu, disini emang ada escargot?
Udin : lo barusan ngmong pake bhasa apaan?
(pelayan restoran dateng) *pelayan restoran disingkat PR*
PR : mau pesen apa mba?
Febri : yg paling mahal apa?
PR : ini yg paling mahal, Wagyu Beef Steak 300 gram
Febri : boleh tuh
PR : kalo mas pesen apa?
Udin : yg paling murah apa? -___-
(setelah makanan disajikan)
Febri : daging nya enak loh, empuk banget pantesan mahal
Udin : iya, ini krupuknya juga enak. Krupuk paling enak yg pernah gue makan -___-
Febri : eh nanti temenin ke butik yah?
Udin : ke butik? Ngapain?
Febri : beli baju, baju ku tu udah pada kekecilan.
Udin : iya, kebetulan gue lagi ada duit
Febri : oke, harganya tu 3 juta..
Udin : 3 juta?? Kebetulan gue lagi gak punya duit
Febri : loh kok gitu? Ya udah beliin tas aja ya? Tas gue rusak
Udin : kalo tas harganya berapa?
Febri : 2 juta
Udin : elo ada barang lain yg juga lagi rusak gak? Kaya pita rambut gitu? -_-
(pelayan menyodorka
PR : ini mas totalnya Rp. 1.200.000
Udin : (muka datar) totalnya bener segitu mba?
PR : iya, segitu mas
Febri : kenapa din?
Udin : kayanya gue harus ke ATM dulu deh, soalnya duit gue gak cukup
*narasi*
dan si febri ninggalin Udin karena ternyata uang di ATM Udin gak nyukup buat bayar, akhirnya udin ninggalin baju, Jam, sepatu sama jaket tulisan “SM*SH” kesayangan
Minggu, 24 November 2013
PEMBELAJARAN DRAMA
Pembelajaran
Apresiasi Drama
sumber : www.wordpress.com
PEMBELAJARAN APRESlASI DRAMA
Setiap
saat manusia adalah pelaku atau tokoh yang memerankan sikap dan perilaku
tertentu. Keterampilan berperan dan memerankan tokoh tertentu dalarn kehidupan,
akan sangat menentukan keberhasilan seseorang di tengah-tengah masyarakat.
Siswa adalah individu yang nantinya akan mengambil bagian dalam memainkan perannya
di ,masyarakat. Oleh karena itu,. siswa perlu mendapatkan pengalaman dalatn
bermain peran dan memerankan tokoh-tokoh tertentu. Kesempatan bermain peran dan
memahami peran yang dimainkan dalam drama misalnya, akan dapat adalah cermin
konflik-konflik membentuk jati dici siswa. Mengingat, pada hakikatnya drama
kehidupan. Sumber utama dalam drama adalah permasalahan dan kehidupan manusia.
A. Nilai-nilai Pendidikan dalam Drama
Manusia
adalah makhluk yang sanggup mengenal dan berbuat susila. Manusia mempunyai
sifat dapat salah, tetapi dapat diperbaiki atau mendekati baik. Oleh karena itu
manusia merupakan makhluk yang dapat dididik (animal educadice) dan
yang harus mendapat pendidikan (animal educandum) (Brahim, 1968:129).
Sebagai makhluk susila, rnanusia sanggup mengenal kaidah-kaidah susila dan
mengambil keputusan susila serta bertindak melaksanakan keputusan itu.
Hal
yang perlu diperhatikan bahwa kesanggupan untuk berbuat susila dan mengambil
keputusan susila tidak serta merta secara langsung dimiliki oleh manusia. Untuk
dapat melakukan perbuatan di atas sejak dini seorang anak harus sudah
dikenalkan dengan norma-norma susila. Salah satu cara pengenalan tersebut dapat
dilakukan melalui pendidikan.
Pemahaman
nilai-nilai serta unsur-unsur budi pekerti dapat dilakukan melalui pendidikan
agama. Di samping melalui pendidikan agama, perlu diperhatikan juga pendidikan
kesenian dalam upaya penanaman nilai-nilai dan norma tersebut. Kegiatan
kesenian merupakan salah satu upaya mempersiapkan siswa agar tidak merasa
canggung terlibat dalam kehidupan bermasyarakat. Sehubungan dengan pentingnya
pendidikan dalarr penanaman nilai-nilai dan pembentukan tingkah laku, (1993:
49) n-.engemukakan suatu fenomena yang pendidikan di jenjang T'aman
Kanak-Kanak.
TK
bukanlah sekolah kesenian, bukanlah pula suatu akademi yang diharapkan
menghasilkan seniman kreatif, namun tampaknya kegiatan yang sangat menonjol
sehari-hari di sekolah adalah wsaha g;~tw mendorong murid-muridnya agar mau,
berani, dan mampu menyatakan diri dalam berbagai bentuk kesenian. Di sini siswa
didorong untuk mengekspresikan diri (Sapardi, 1993:49-50).
Termasuk
dalam kalimat tersebut-salah satunya adalah pengajaran sastra,
khususnya drama. MeIalui pendidikan; pengenalan dan pemahaman terhadap drama,
akari dapat memparkaya siswa sebagai pribadi dalam keberadaannya di antara
sesamanya, antara siswa satu dengan siswa yang lain. Mengingat, bahwa kesenian
dalam proses Sapardi Joko Damono menarik yaitu tentang proses sumber penulisan
drama adalah segala permasaiahan dan konflik yang dialami manusia_ Oleh karena
itu dapat dikatakan bal3wa apa yang ada dalam drama merupakan cermin dari
kehidupan nyata. Dengan memahami dan merrgapresiasi permasalahn yang
disampaikan dalam drama, siswa dilatih untuk memecahkan masalah, yang mungkin
akan ditemui dalam kehidupan di masyarakat nanti.
Ditinjau
dari segi perkembangan jiwa, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada
tahap yang disebut tahap realistik (Rahmanto, 1988:30). Dari segi usia., anak
SMP berada pada usia antara 12 - 15 tahun. Pada masa ini anak-anak sudah
benar-benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat pada realitas atau
apa yang benar-benar terjadi. Mereka berusaha mengetahui dan siap mengikuti
dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalal? masalah daiam kehidupan
nyata.
Sesuai
dengan perkembangan jiwa dan perkembangan kemampuan bersosialisasi dengan
masyarakat, maka penyelenggaraan pengajaran drama di sekolah mempunyai arti
bagi pemupukan sikap hidup bergotong royong dan belajar tanggung jawab. Siswa
perlu dilatih untuk hidup secara bersama dan bertanggung jawab terhadap
kewajiban yang diserahkan kepadanya. Dilatih untuk hidup mandiri, belajar
bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan.
Selanjutnya,
menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Brahirn, 1968:155), sandiwara (drama)
merupakan alat pandidikan yang baik. Dalam sandiwara itu terdapat dasar-dasar pendidikan yang bersifat kesenian (aesthetisch), kebajikan (ethisch) dan religius (uniuk mengajarkan agama), sosial (untuk mengajarkan laku bermasayarakat). (Brahim, 1968:155).
merupakan alat pandidikan yang baik. Dalam sandiwara itu terdapat dasar-dasar pendidikan yang bersifat kesenian (aesthetisch), kebajikan (ethisch) dan religius (uniuk mengajarkan agama), sosial (untuk mengajarkan laku bermasayarakat). (Brahim, 1968:155).
Secara
terperinci Brahim (1968:161) mengemukakan nilai-nilai pendidikan yang terdapat
dalam pengajaran drama, yaitu:
- melibatkan para pelajar pada
persoalan hidup,
- memberi kesempatan
"biidung",
- para pelajar dapat
memperdekatkan nilai-nilai kehidupan yang perlu bagi dirinya ndiri,
- dapat menghargai golongan lain,
- rnempunyai peranan dalam
pernbentukan pribadi sendiri,
- merupakan latihan memperguoakan
bahasa dengan teratur dan baik,
- melatih anak berpikir cepat,
- melatih pelajar-pelajar yang
lain sebagai penonton,
- murid-rnurid dapat mengerti
secara intelektual dan merasakan persoalan social psycholgis itu,
- menimbulkan diskusi yang hidup,
dan
- mendidik berani mengemukakan
pendapat.
- menghargai pendirian orang
lain,
angkan Kreativitas Siswa
Manusia
sering disebut juga "homo sapiens", yaitu makhluk yang suka berpikir,
mempertirqbangkan, menilai dan mengevaluasi. Di samping itu manusia juga
dikenal sebagai "homo tudens", yaitu makhluk yang suka berimajinasi,
bermain dan berkreasi (Darma, 1990). Dari sifat-sifat itulah dimungkinkan
Dengan
kreativitas, pemikiran manusia selalu menjadi dinamis sesuai dengan
perkembangan zaman. Manusia selalu mencari kemungkinan-kemungkinan untuk
meningkatkan diri, Manusia kreatif adalah manusia yang selalu mempertanyakan
sesuatu, menyangsikan sesuatu, karena merasa yakin bahwa dibalik apa yang
diketahui ada sesuatu yang tidak diketahui. Naluri keingintahuan itulah yang
mendorong manusia mengembangkan potensi kreativitas diri. Semua itu juga
terjadi pada diri siswa. Oleh karena itu, potensi kreativitas yang dimiliki
oleh siswa perlu mendapatkan perhatian dan disalurkan dengan baik.
Menurut
Munandar (1993:20), proses kreatif merupakan suatu fenomena intrapsikis, dan
bagian dari suatu sistem terbuka. Dalam arti bahwa, kreativitas bukanlah
semata-mata p~mbawaan sejak lahir yang melekat pada iiiri seseorang.
Kreativitas dapat ditumbuhkan melalui penciptaan suasana, masukan dari dunia
luar dan sangat dibantu dan dimudahkan oleh iklim atau lingkungan yang tepat.
Proses
kreatif adalah suatu proses yang mulai kelihatan sejak kecil, sejak kesdaran
pertama. Faktor lingkungan pun merupakan hal yang sangat penting bagi
pertumbuhan kreativitas seorang anak. Masa kecil adalah pesemaian bagi intuisi
kreatif (Gerson Poyk dalam Eneste, 1984:71).
Pendidikan
sebagai institusi formal merupakan lingkungan yang kandusif dalam
menumbuhkembangkan potensi kreatif siswa. Agar dapat tercipta kondisi yang
detnikian, pelaksanaan proses belajar mengajar sedapat mungkin dipusatkan psda
aktivitas belajar siswa. Siswa secara langsung mengalami keterlibatan
intelektual dan emosional dalam proses belajar mengajar.
Salah
satu kompcnen dalam pendidikan formal tersebut adalah pengajaran sastra
(temasuk drama). Pengajaran drama yang diberikan seuara problematis dan
menekankan pada aktivitas bersastra, akan dapat mengembangkan kreativitas
siswa. Bersastra artinya melakukan proses kreatif menikmati dan dapat juga
mencipta sastra secara aktif. Dengan demikian akan terjadi keterlibatan mental
spiritual siswa terhadap karya sastra. Di sinilah guru memegang peranan penting
dalam posisinya sebagai pengajar untuk menciptakan suasana yang kondusif agar
dapat memberi kesempatan siswa mengembangkan diri.
Drama
sebagai karya sastra, merupakan pengungkapan dunia batin pengarang yang
merefleksikan kebebasan pribadi dalam berkreasi. Penghayatan terhadap kebebasan
pribadi akan mendcrong pembaca (siswa) untuk bersikap kreatif. Drama juga
menampilkan tokoh dengan segala problema, watak, kejadian dan konflik. Semua
itu diatasi dengan cara kreatif oleh pengarang. Seseorang yang terlibat dalam
drama akan menghayati penemuan-penemuan baru, kemungkinan-kemungkinan baru
sehingga berpengaruh terhadap jiwa kreativitasnya.
Melalui
kegiatan ekspresi yang berupa pementasan drama, suasana yang kondusif
benar-benar tercipta untuk menumbuhkan kreativitas siswa. Pada saat melakukan
kegiatan pementasan itulah siswa yang satu dengan siswa yang lainnya saling
berinteraksi dengan berdiskusi, berdislog dan bekerja sama untuk persiapan
pementasan.
Pertumbuhan
dan perkembangan potensi kreatif siswa akan tampak pada proses persiapan
pementasan drama. Siswa yang melibatkan diri secara langsung dalam drama akan
merasakan pengaruh nilia-nilai drarna terhadap hidup mereka. Siswa yang
mendapat kesempatan memerankan tokoh tertentu, akan memperoleh rasa puas yang
sesungguhnya apabila permainannya berhasil dan sekaligus memiliki pengalaman
menghayati peran yang mungkin akan dialami di masyarakat nanti. Sementara itu,
siswa-siswa yang terlibat dalam persiapan perancang kostum, seting dekorasi,
tata panggung, tata lampu, musik dan sebagainya akan dapat mengernbangkan
selera dan pengetahuannya. Mereka diberi kesempatan untuk berkreasi sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya. Misalnya, siswa yang bertugas mempersiapkan
kostum, dituntut untuk mengembangkan daya kreatifnya agar menghasilkan tata
kostum yang baik dan menarik disesuaikan dengan tuntutan pentas.
Idealnya
agar siswa dapat mempunyai kesempatan lebih luas, sebaiknya pengajaran drama
tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, tetapi ditunjang
dengan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler akan memperkaya dan
memperluas wawasan, pengetahuan, peningkatan nilai dan sikap siswa dalam
menerapkan pengatahuan dan kemampuan yang telah dipelajari. Apabila proses
pengajaran drama dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan efektif, akan memberi
kesempatan siswa untuk terlibat dalam proses berapresiasi dan berekspresi
drama. Hal yang perlu ditekankan adalah bagaimana agar sekolah tetap dapat
menjadi tempat pesemaian potensi-potensi kreatif siswa lainnya saling
berinteraksi dengan berdiskusi, berdislog dan bekerja sama untuk persiapan
pementasan.
Pertumbuhan
dan perkembangan potensi kreatif siswa akan tampak pada proses persiapan
pementasan drama. Siswa yang melibatkan diri secara langsung dalam drama akan
merasakan pengaruh nilia-nilai drarna terhadap hidup mereka. Siswa yang
mendapat kesempatan memerankan tokoh tertentu, akan memperoleh rasa puas yang
sesungguhnya apabila permainannya berhasil dan sekaligus memiliki pengalaman
menghayati peran yang mungkin akan dialami di masyarakat nanti. Sementara itu,
siswa-siswa yang terlibat dalam persiapan perancang kostum, seting dekorasi,
tata panggung, tata lampu, musik dan sebagainya akan dapat mengernbangkan
selera dan pengetahuannya. Mereka diberi kesempatan untuk berkreasi sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya. Misalnya, siswa yang bertugas mempersiapkan
kostum, dituntut untuk mengembangkan daya kreatifnya agar menghasilkan tata
kostum yang baik dan menarik disesuaikan dengan tuntutan pentas.
C. Prosedur Pembelajaran Apresiasi Drama
Apakah
beda antara drama dan novel? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Sapardi
(1983:150) menyebut satu hal, yaitu drama dimaksudkan untuk dibawa ke pentas
sedangkan novel untuk dibaca. Istilah drama secara umum mengandung pengertian
semua bentuk pertunjukan yang bnersifat peniruan atau menirukan sesuatu
(imitation of life action). Di dalam kesusastraan, secara khusus drama
merupakan bentuk cerita yang digubah dan disusun untuk dimainkan atau
dilakonkan. Seluruh cerita atau lakon drama disusun dalam bentuk dialog atau percakapan
antar pelaku.
Dari
uraian di atas tampak bahwa drama mempunyai dua dimensi, yaitu
1)
|
sebagai
|
seni
sastra, dan sebagai seni pentas
|
2)
|
sebagai
|
seni
sastra drama adalah bacaan sedangkan
|
|
sebagai
|
seni
pentas drama adalah suatu pertunjukkan atau tontonan.
|
Dengan
memperhatikan kedudukan drama yang demikian itu, memberi penjelasan bahwa drama
bukan merupakan seni yang berdiri sendiri (individual). Dalam suatu pementasan
drama, tidak dapat dilaksanakan secara individual tetapi senantiasa bersama
dengan orang lain. Suasana itulah yang menyebabkan drama juga disebut sebagai
seni kolektif (collective art). Selain sebagai seni kolektif, drama juga
merupakan seni campuran (synthetic art). Disebut demikian oleh karena untuk
kepentingan pementasan dalam drama memerlukan keterlibatan unsur-unsur seni
lain seperti tari (gerak), Seni musik (suara), seni lukis (dekorasi/panggung),
seni sastra (kata). Unsur-unsur tersebut terangkum menjadi satu di dalam memberi
ciri drama.
Unsur
utama yaqg terdapat daiam drama adalah lakuan. Hal itu bertolak dari wawasan
klasik yang dinyatakan oleh Aristoteles yakni drama adalah tiruan dari
kehidupan (imitcrllon of life ent action) (Ichsan; 1990:214). Sebagai suatu
realita, drama adalah cerita mengenai koriflik dalam kehidupan manusia.
Memahami drama pada akhirnya tidak berbeda jauh dengan upaya memahami manusia,
yuang melalui prosws atau tahapan-tahapan. Selanjutnya secara rinci disajikan
tahap-tahap pembelajaran apresiasi drama. Tahapan tersebut, yaitu:
1.
pelacakan pendahuluan,
2.
penentuan sikap praktis,
3.
introduksi,
4.
penyajian,
5.
diskusi,
6.
dan pengukuhan (Rahmanto, 1988:43).
Pada
tahap pendahuluan guru melakukan kegiatan pemahaman sederhana terhadap naskah
drarna yang dijadikan bahan pengajaran. Pada tahap ini guru berupaya memahami
tema, hal yang menarik, nilai-nilai yang ada, dan sebagainya. Guru dengan
sejumlah bekal yang dimiliki berusalra "mengenali" dulu naskah drarna
yang akan dibahas bersama siswa.
Pada
tahap penentuan sikap praktis, guru menentukan langkah-langkah praktis yang
akan ditempuh dalam proses pembelajaran. Mencatat hal-hal penting yang perlu
mendapat perhatian misalnya menyangkut tokoh-tokoh yang terlibat dalam drama,
peralatan yang dibutuhkan, cara atau metode apa yang akan digunakan untuk
mengajarkan drama tersebut dan sebagainya. Kernudian juga rnelakukan pengenalan
dengan mencari sejumlah informasi pendukung berkaitan dengan keberadaan naskah.
Siapa pengarangnya, siapa penerbitnya, jumlah halaman, kadar atau kandungan
isinya.
Tahap
introduksi atau pengantar merupakan tahapan pembuka sebelum masuk pada
penyajian. Pada tahap introduksi ini guru dapat mengajak siswa untuk mengingat
pengalaman-pengalaman yang berkesan masing-masing siswa. Agar dapat teraran,
pengalaman-pengalaman siswa tersebut sedapat mungkin dihubungkan dengan tema
atau pokok permasalahan yang ada dalam drama yang akan dijadikan bahan
pengajaran. Setelah melakukan introduksi atau pengantar, guru dapat langsung
masuk pada tahapan penyajian materi. Berdasarkan strategi yang telah dipilih,
proses pembelajaran dapat langsung dilaksanakan. Pada tahap penyajian perlu
dipertimbangkan waktu yang tersedia, berapa pertemuan yang diperlukan untuk
membahas drama tersebut.
Tahap
selanjutnya adalah tahap diskusi. Pada tahap ini guru bersama-sama siswa
mendiskusikan permasalahan yang muncul selama proses belajar mengajar. Siswa
diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menyampaikan pendapatnya. Guru dapat
memberikan sejumlah pertanyaan yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi
dengan siswa. Pada prinsipnya, tahap diskusi sekaligus dapat dimanfaatkan
sebagai upaya pengukuhan terhadap perolehan belajar siswa. Hal-hal pokok yang
mendapatkan perhatian, dibahas dan diulas kembali oteh guru. Kegiatan pengukuhan
perlu dilakukan untuk menguatkan perolehan pengejahuan dalam diri siswa.
Contoh
Pengajaran Drama
Sebagai
bahan latihan,berikut ini disajikan contoh pengajaran drama sesuai dengan
tahapan-tahapn di atas. Drama yang dijadikan bahan pengajaran berjudul
"Desir Cemara di Tingkap", karya Ustaji PW. Naskah drama itu dimuat
pada Antologi Naskah Drama, yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Yogyakarta.
1)
Pelacakan Pendahuluan
Drama
ini bercerita tentang kehidupan sekelompok orang yang tergabung dalam rombongan
sirkus atau akrobatik. Sebagai rombongan sirkus maka mereka harus selalu siap
untuk memberi hiburan kepada para penonton. Itulah masalah menarik yang ingin
ditampilkan oleh drama ini. Setiap saat mereka selalu tampil gembira dan
bahagia di hadapan penonton, namun sebenarnya dibalik panggun6, dibalik
k.egernbiraan tersebut banyak masalah yang harus dihadapi.
Hidup
ini adalah sandiwara, Kita harus pandai memainkan peran kita masingmasing.
Menurut para penonton, setelah layar panggung dibuka, saat itulah sandiwara
dimulai. Anggapan itu salah. Bagi kelompok sirkus itu, setelah layar diturunkan
dan penonton bubar, dan para pemain sirkus sibuk dengan urusan hidup
masing-masing, barulah sandiwara yang sebenarnya dimulai.
Drama
ini bercerita tentang persekongkolan antara Si Bos dengan Si Tua untuk
mencelakai Si Buruk dan adiknya, Natalia. Si Bos ingin menguasai harta warisan
milik Si Buruk dan Natalia. Pada malam itu Si Buruk dipilih untuk bermain
akrobatik. tali dan Si Bos sudah merencanakan untuk rnembuat jebakan-jebakan
agar Si Buruk terbunuh. Namun niat jahat itu tidak berhasil karena dibongkar
oleh Si Manis.
Pelaku
dalam drama ini berjumlah 10 orang. Peran-peran yang ada adalah
- Si Tua,
- Si Buruk,
- Si Manis,
- Si Centil,
- Si Pincang,
- Si Beo,
- bak Yu,
- Carfa,
- Pedro,
- Natalia.
Ditambah
satu tokoh yaitu Si Bos, tetapi tokoh Si Bos hanya disebut-sebut dalam cerita
dan tidak pernah dimunculkan ditengah tokoh-tokoh yang lain.
1.
Penentuan
Sikap Praktis
Naskah
drama yang herjudul "Desir Cemara di tingkap" adalah naskah yang
masuk nominasi sepuluh besar pada lomba penulisan naskah yang diselenggarakan
oleh Balai Bahasa Yogyakarta. Dengan mempertimbangkan proses penjurian dan
kriteria penilaian, dapat dijadikan salah satu ukuran bahwa naskah drama ini
dapat digunakan sebagai bahan pengajaran.
Setelah
guru mengenal dengan sungguh-sungguh naskah drama ini, selanjutnya guru
menandai hal-hal yang dianggap menarik dari drama tersebut. Melakukan
identiftkasi terhadap tokoh-tokoh yang ada, seperti bagaimana watak dan sifat
Si Tua, orang tua yang scring menasehati tetapi terlibat dalam persengkokolan.
Si Beo yang mempunyai.sifat egois, selalu ingin menunjukan kekuatannya. Si
Centil adalah orang suka mencampuri urusan orang lain, mau tahu urusan orang
lain. Guru, juga perlu rnenandai kata-kata atau dialog yang mengandung nilai
dan menjadi kekuatan drama. Dialog-dialog yang mengandung pokok pikiran, perlu
dipikirkan bagaimana cara pengucapannya, lagu kalimatnya, pelafalannya dan
sebaginya.
Pada
tahap penentuan sikap praktis ini, guru sudah mulai memikirkan cara yang
efektif agar siswa dapat mengikuti pembelajaran drama dengan baik. Salah satu
yang dapat dilakukan adalah menugaskan siswa untuk membaca naskah drama itu di
rumah, bisa seminggu sebelum pelajaran dimulai. Dengan demikian siswa sudah
pernah tahu dan mengenal wujud naskah yang dijadikan bahan pengajaran.
3.
Introduksi
Tahap
introduksi atau pengantar merupakan tahapan pembuka sebelum masuk pada
penyajian. Pada tahap introduksi ini guru dapat mengajak siswa untuk mengingat
pengalman-pengalaman yang berkesan yang pernah dialami. Guru dapat mulai dengan
pertanyaan-pertanyaan seperti, Siapakah yang pernah rnelihat pertunjukkan
sirkus? Apakah anak-anak pernah tahu kehidupan para pemain sirkus itu.
4.
Penyajian
Setiap
siswa sudah memhaca dan mempelajari naskah drama di rumah. Pada saat di kelas,
guru sebaiknya menunjuk beberapa siswa untuk rnenjadi peraga dan membaca di
depan. Naskah yang dibaca di depan kelas, dipilih pada bagian yang menarik baik
dari dialognya maupun dari isinya. tentunya siswa yang dipilih yang dapat
membaca dengan baik. Setelah dirasa cukup, dilanjutkan dengan pembacaan secara
bersama-sama seluruh siswa. Pada saat pembacaan ini, sambil dibayangkan
kira-kira bagaimana kata, dialog atau kalimat itu harus dibaca. Bagaimana
suasana pembacaan yang tepat dengan isi dialog tersebut. Apabila terjadi
kesalahan dalam membaca, sebaiknya guru jangan langsung mengberikan
pembacaan untuk membenahi kesalahan. Sernentara waktu kesalahan itu dibiarkan
saja, dan siswa disuruh terus membaca dengan disertai beberapa contoh dari
guru.
Kemudian
guru memilih bagian atau penggalan dialog tertentu dalam drarna untuk dicoba
dimainkan atau diperagakan di kelas. Penyajian selanjutnya, guru menyuruh
beberapa siswa untuk tampil di kelas. Siswa-siswa tersebut disuruh me!akukan
adegan-adegan yang ada dalam drama. Karena siswa belum menghafal naskah, masih
mungkin pada latihan bermain peran ini siswa masih membaca naskah. Akan tetapi
pembacaannya sudah disertai dengan penjiwaan terhadap tokoh yang diperankan.
Tentu saja peran guru sebagai pembirnbing dan pengatur laku (sutradara) masih
dibutuhkan.
5.
Diskusi
Setelah
diadakan proses pembacaan dan peragaan singkat, kemudian siswa diajak untuk
membicarakan unsur-unsur drama seperti tema, alur, tokoh, latar, pesan dan
sebaginya. Tentu saja proses pembicaraan terhadap unsur-unsur tersebut tetap
dilandasi pengetahuan tentang drama yang dimiliki oleh guru. Siswa langsung
belajar tentang unsur-unsur drama dengan melakukan identifikasi terhadap naskah
drama tersebut.
Pada
tahap diskusi ini guru menyiapkan sejumlah pertanyaan untuk mempermudah
membangkitkan partisipasi siswa. Berikut ini beberapa pertanyaan yang dapat
dijadikan bahan diskusi.
- Megapa tiba-tiba Si Pincang
marah-marah?
- Siapakah yang dipilih Si Bos
untuk bermain akrobatik tali pada malam itu?
- Apakah pekerjaan mereka
sehari-hari?
- Apakah rnaksud Si Beo dengan
mengatakan bahwa hidup ini penuh dengan permaianan?
- Si Beo juga berkata bahwa hidup
ini sandiwara. Apa maksudnya?
- Mengapa kita tidak boleh
membenci dan mendendam?
- Siapakah yang bersekongkol
untuk mencelakai Si Buruk?
- Mengapa Carla ingin pulang
kampung?
- Bagaimanakah watak Si Centil?
- Bagiamanakah akhir cerita drama
ini?
- Mungkinkah peristiwa yang
dialami tokoh-tokoh dalam drarna itu terjadi dalam kenyataan hidup
sehari-hari?
- Jika Anda mengalami masalah
seperti yang dialami oleh tokoh Si Buruk, apa yang akan Anda lakukan?
6.
Pengukuhan
Dalarn
proses belajar mengajar, upaya pengukuhan dilakukan agar sesuatu yang
telah
diperoleh siswa dapat menjadi "miliknya". Dengan pengukuhan itu
sejumlah informasi dan pengetahuan dapat benar-benar dipahami oleh siswa. Pada
akhirnya siswa dapat dinyatakan telah menguasai materi yang diajarkan.
Pada
tahap pengukuhan dalarn proses pembelajaran drama ini, yang dapat dilakuka.n
oleh guru antara lain dengan memberi penegasan kembali terhadap nilai-nilai,
yang ada dalam drama tersebut. Siswa diajak untuk merenungi dan meneliti
masalah tersebut dikaitkan dengan kehidupan mereka masing-masing. Apakah yang
harus dilakukan dan sikap yang bagaimana yang harus diambil bila menghadapi
masalah seperti yang ditampilkan dalam drama. Idealnya, siswa dapat
mengidentifikasikan dirinya, dihubungkan dengan tokoh-tokoh yang ada dalam
drama. Hal yang berhubungan dengan pengetahuan atau teori drama, juga perlu
mendapat perhatian dalam tahap pengukuhan ini. Guru perlu memberi penekanan
dengan ,memberi penjelasan ulang secara singkat mengenai unsur-unsur drama yang
sudah dipelajari bersama.
D. Proses Pementasan Drama
1.
Pengantar
Pada
akhirnya puncak dari belajar drama adalah upaya pementasan. Hal itu sesuai
dengan hakikat drama yang merupakan seni pentas. Dalam arti bahwa proses
belajar mengajar tidak hanya berhenti pada pembelajaran yang bersifat reseptif
atau pemaharnan tetapi juga diupayakan ke arsh produktif-kreatif. Untuk
kepentingan pembelajaran drama, pementasan yang dilakukan tentu alam pengertian
pemeritasan sederhana. Dalam persiapan pementasan tidak arus seluruh
kelengka;aan panggung disediakan. Sebagai latihan tahap awal guru dapat
rnengambil bagian atau babak dalam drama yang mungkin untuk dipentaskan. agar
setiap siswa dalam kelas dapat memperoleh kesempatan berproses, guru dapat
rnembentuk kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok dapat disesuaikan dengan
pemain yang dibutuhkan. Yang penting, adalah guru harus bertindak sebagai
sutradara yang baik. ersama-sama siswa mempersiapkan pementasan sederhana.
Sebaiknya tidak perlu terlalu khawatir dengan keberadaan fasilitas. Pasalnya,
tidak ada gedung atau aula yang baik, maka guru dapat mencari alternatif tempat
lain yang sekiranya memadai untuk melakukan latihan.
b.
Pemilihan Naskah
Naskah
yang akan dijadikan bahan pementasan hendaknya yang dapat dan mungkin untuk
dimainkan (Actable). Naskah yang dipilih juga sedapat mungkin disesuaikan
dengan kebutuhan pendidikan serta sesuai dengan alam jiwa siswa (Brahim, 1968:158).
Lebih lanjut Brahim rnenjelaskan bahwa naskah yang dapat dimainkan terutama
ditinjau dari segi praktisnya. Tidak membutuhkan dekorasi yang sukar dan tidak
berubah-ubah setingnya, serta tidak membutuhkan perlengkapan yang tidak mungkin
dibawa ke panggung. Hal yang lebih penting naskah tersebut sesuai dengan
kesanggupan pemain dan sutradara (dalam hal ini guru). Dari segi bahasa,
pilihan katanya, bentuk-bentuk dialog yang ada berupa kata-kata yang hidup,
lancar, dan cair.
Barangkali
permasalahan klasik yang sering ditemui adalah permasalahan nanaskah. Sulit
mendapatkan naskah yang baik. Kalau naskah tidak ada, ya harus cari. Idealnya
seharusnya Anda sebagai guru sekaligus menjadi pemburu naskah. pabila.
memungkinkan, dalam upaya mendapatkan naskah dapat melibatkan swa. Dengan
melibatkan siswa dalam pencarian naskah, memberi kesempatan swa untuk melakukan
apresiasi sederhana.
Pada
prinsipnya untuk mengatasi kekurangan naskah, guru harus dapat rtindak kreatif.
Bahkan juga sangat mungkin guru membuat naskah sendiri.
Dalam
Erembuatan nanaskah itu pun dapat dilakukan bersama-sama siswa. Yang penting,
sebagai guru jangan cepat merasa putus asa. Tidak ada kata menyerah untuk
melakukan pembelajaran apresiasi drama.
c.
Penentuan Pemain
Sesuai
dengan tujuan pementasan yaitu dalam rangka proses pembelajaran drama, maka
pertimbangan utama dalam penetuan pemain adalah supaya seluruh siswa dapat
terlibat dan menikmati pementasan. Oleh karena itu, dalam menentukap pemain
atau pemeran yang cocok dengan tokoh yang akan dimainkan, guru dapat
menggunakan kriteria sederhana yaitu keadaan fisik dan kejiwaan. Pertimbangan
fisik dan kejiwaan siswa, disesuaikan dengan karakter tokoh yang akan
dibawakan. Tentu saja sebelum menentukan siapa pemeran tokoh tertentu, guru harus
sudah memiliki interpretasi terhadap watak, sifat, dan karakter tokoh-tokoh
yang ada dalam naskah drama. Dalam tahapan pembelajaran, pengenalan siapa
sebenarnya tokoh-tol:oh dalam naskah dilakukan pada saat pelacakan pendahuluan.
Sebagai contoh, untuk berperan sebagai tentara, dipilih siswa yang metniliki
postur tubuh tinggi dan badan tegap serta suara yang keras. Untuk tokoh seorang
guru, dipilih siswa yang punya sifat pendiam, sabar dan sebagainya.
Di
samping masa!at pemain, hal yang perlu diperhatikan adalah masalah kerabat
kerja. Drama merupakan pekerjaan kolektif, karena drama merupakan sebuah seni
pentas. Oleh karena itu, selayaknya dalam proses pementasan ini juga
dikembangkan organisasi pelaksana pementasan yang mencerminkan kepaduan seni
tersebut (Ardiana, 1993:231}. Sekaligus juga memberi kesempatan kepada siswa
untuk ber!atih bekerja sama dan bertanggung jawab terhadap tugas tnasingmasing.
d.
Latihan-Latihan Dasar Drama
Sebelum
masuk pada latihan ini untuk penggarapan naskah pementasan, sebaiknya siswa
juga dikenalkan dengan dasar-dasar bermain drama secara praktis. Latihan
dasar-dasar bermain drama biasanya meliputi
1.latihan gerak,
2.latihan suara/bunyi, dan
3.latihan akting.
Seorang
pemain agar dapat membawakan perannya dengan baik harus dapat menguasai
urat-urat tubuhnya sehingga dapat digerakkan untuk menghasilkan gerakan-gerakan
yang baik (Brahim, 1968:160). Untuk itu perlu diadakan latihan-latihan gerak
agar dapat menghasilkan kelenturan gerakan tubuh serta kekuatan otot tubuh.
Banyak cara yang dapat dilakukan utnuk latihan dasar ini. Misalnya, latihan
rnenari dengan musik, olah raga (silat), karate, senam dan sebagainya. Dengan
latihan itu diharapkan siswa memiliki gerakan-gerakan tubuh yang reflek
berdasarkan tuntutan naskah, dan tidak merasakan canggung untuk melakukan
sesuatu.
Sehubungan
dengan latihan dasar suara atau bunyi bertujuan agar siswa dapat merasakan
perasaan yang terkandung dalam suatu 4capan dan mengucapkannya sesuai dengan
perasaan. Dalarn percakapan rnemperlihatkan pembelajaranasi dan intonasi yang
jelas dan irama yang hidup. Konsonan dan vokal hendaklah jelas artikulasinya.
Latihan-latihan bunyi dapat dilakukan dalam alam terbuka, seperti di pantai, di
daerah pegunungan dan sebagainya. Berikut ini disajikan latihan suara yang
dikemukakan oleh Adjib Hamzah (1985:216-128). latihan suara terkait erat dengun
organ tenggorokan.
Ikutilah urutan latihan berikut ini vokal dan konsonan tertentu.
- Menguaplah dengan bebas; terasa
tenggorokan terbuka dan tidak tegang
- Tariklah nafas dalam-dalam,
rahang tetap rileks, dan berpikirlah bahwa tenggorokan Anda terbuka lebar.
Kemudian hembuskan nafas perlahan.
- Katatan: Aku dapat berkata
seolah-olah aku akan menguap. Dengarlah aku berkata seolah-olah aku akan
menguap.
- Ucapkanlah lo-la-le-la-lo
dengan lambat laun bertenaga untuk tiap pengulangan. Bunyi huruf hidup
harus jelas. Rahang rileks. Kemudian nyanyikanlah. Tinghatkan volume suara
dengan bernafas dalam-dalam, namun tenggorokar. jangan tegang.
- Ucapkanlah vokal a, i, u, e, o
berulang-ulang terus. Setiap pengulangan volume suara dan kecepatan
ditambah. Ulangi terus dengan tetap menambah volume dan kecepatan suara
sampai puncak volume dan kecepatan suara Anda. Pada saat latihan di alam
terbuka seperti di pantai, ucapkanlah dengan suara yang sekeras-kerasnya
seakan-akan Anda ingin mengalahkan suara deburan ombak.
Selanjutnya
latihan akting digunakan untuk kepentingan rnembawakan dan menghidupkan dialog
teks. Untuk rnembawakan dan menghidupkan dialog perlu diolah gerak dan ekspresi
wajah para pemain. Latihan ini sebaiknya dilaksanakan setelah siswa yang
memegang peran sudah hafal dengan naskah drama. Dalarn latihan akting, siswa
dikenalkan dengan berbagai contoh ekspresi gerak wajah yang rnenggambarkan
sikap, watak, perilaku dari tokoh yang diperankan.
e.
Pementasan dan Evalauasi
Hari
pementasan biasanya sangat menegangkan. Semua berharap-harap cemas.
Berhasilkah, atau gagalkah? Sebelum diadakan pementasan perlu diadakan
pengecekan secara keseluruhan. Bila perlu dilakukan kegiatan pementasan
pendahuluan atau pementasan gladi resik sebelum pementasan yang sesungguhnya.
Setelah pementasan usai pertu dilakukan evaluasi sampai di manakah hasil
pementasan itu. Bahkan bila perlu guru dapat menghadirkan ahli dari luar atau
meminta masukan dari guru-guru lain tentang pementasan tersebut. Masukan dan
kritikan rnerupakan hal yang penting untuk proses belajar selanjutnya.
Yang
perlu diingat bahwa target pementasan yang dilakukan tetap dalam rangka
pembelajaran drama. Pelaksanaan kegiatan berekspresi drama di sekolah bukan
untuk mencetak aktor atau produser melainkan dalam rangka membantu anak didik
berkembang menjadi manusia yang matang seutuhnya (Ardiana, 1993:232). Oleh
karena itu, bagaimanapun hasilnya, bukan merupakan tujuan utama. Tujuan utama
adalah agar siswa dapat melakukan kegiatan apresiasi secara langsung dalam
rangka mencari pengalaman baru.
Langganan:
Postingan (Atom)